Baca juga: Ramadan, Mengatur Keuangan, dan Berhemat untuk Sehat
Kedua, Ibu Sutiyah yaitu ibu penulis. Ia anak semata wayang Simak, yang dulu sempat ditinggalkan merantau. Simak bertemu lagi dengan anak tunggalnya setelah ibu bersuami. Ibu meneruskan usaha SDimak, berjualan gado-gado di pojok pasar. Usaha tetap ramai.
Perjuangan lain dari Ibu, yaitu membesarkan anak yang berjumlah 9 orang. Dari jumlah itu 8 bergelar sarjana, satu orang lulusan SMA. Dan seperti kebanyakan pedagang di pasar, penyakit yang datang karena kurang bergerak, kegemukan, dan situasi pasar yang relatif polutif (oleh asap knalpot dari jalan sekeliling pasar, serta berkumpulnya banyak orang pembawa bermacam-macam penyakit).
Ibu meninggal pada usia 53 tahun. karena radang otak (meningitis). Dua orang anak sudah menyusul Ibu, yaitu Darsono (anak ke 5, meninggal 2000 dalam usia 38 tahun), serta Mulyono (anak pertama, meninggal 18 Desember 2020, dalam usia 68 tahun).
Ketiga, yaitu isteri penulis. Namanya Sri Mulyani. Ia sulung dari 4 bersaudara, pasangan Parwati dengan Sujud Dibyousodo. Â Keduanya pengusaha rumah makan cukup di kenal, di Jalan Samatulangi Manado. Namanya RM Sri Solo. Di tengah kesibukannya ikut mengurus rumah makaan, ia menyelesaikan kuliahnya sebagai Sarjana Ekonomi. Kami menikah pada 30 Maret 198, April 1990 pindah ke Bandung.
Sejak umur 40 tahun ia sudah merasakan ada yang berbeda dengan fungsi ginjalnya. Ketika SMA ia sempat dioperasi untuk menaikkan posisi kedua ginjalnya. Penyebabnya, pada usia anak-anak sering bermain lompat-lompat karet, dan bermain di pasir pantai (jaraknya dekat dengan rumah keluarganya), kadang sampai seharian tidak minum. Kerja ginjal jadi terganggu.
Selama 1,5 tahun ia dengan sabar cuci darah (hemodialysis), dan dilanjutkan 6,5 tahun menggunakan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis), yaitu metode cuci darah yang dilakukan lewat perut.
Sakit, ngilu, perih, dan entah rasa apa lagi yang harus diterimanya. Ia sabar, pasrah dan ikhlas. Di tengah repotnya mengurus 3 anak kecil-kecil, masih harus sibuk menjaga kesehatan sendiri. Ke dokter dan rumah sakit rutin harus dilakukan ke mana pun kami singgah/tinggal).
Jelang meninggal, tulang jadi rapuh dan mudah patah. untuk pergi ke rumah sakit harus menggunakan peralatan khusus agar tulangnya tidak patah. Pada 12 Desember 2012, dalam usia 48 tahun, Sri Mulyani isteri penulis meninggal dunia, di kampung halamannya di Manado.Â
Baca juga: Komentar Olahraga, Sepakbola Tarkam, dan Piala Kemenpora 2021
*