*
Berbagai nama tokoh dengan segenap ungkapan mereka terus bermunculan ramai dibahas media arus utama maupun media online, dan masing-masing membawa arti pentingnya masing-masing.Â
Bangsa ini tidak beranjak semakin cerdas-berbudaya-berakhlak mulia bila setiap persoalan dibawa ke urusan tuduh-menuduh, hingga bikin kisruh, bahkan gaduh dan rusuh. Pilpres terakhir sudah lama lewat tetapi aroma rusuh masih terasa gaungnya hingga kini.
Itu mengapa sosok yang mampu bersikap dan berucap menyejukkan, mendamaikan, solutif, dan berjiwa besar untuk bangsa ini perlu terus dimunculkan.Â
Media arus utama (lokal-regional dan nasional) mestinya menjadikan mereka sebagai narasumber dan rujukan utama. Jangan malah mencari narasumber "para vokalis" yang gemar belaka ikut-ikutan mengompori, meramaikan, dan sekadar cari panggung membuatnya semakin riuh.
Atau, jangan-jangan tokoh ideal dan mumpuni, serta mampu bersikap layaknya seorang negarawan seperti itu sudah tidak ada lagi di negeri ini? Mungkinkah mereka termasuk kelompok "silent majority" yang tertelan ingar-bingar dan euforia minoritas vokalis? Entah. Tetapi semoga kekhawatiran di atas tidak pernah terjadi. ***
Sekemirung, 15 Februari 2021 Â / 5 Rajab 1442
Simak tulisan menarik sebelumnya:
cerpen-momongan
cerpen-dompet-kosong
/guru-kompetensi-dan-tanggalkan-dulu-predikat-itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H