Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lupa Hari Jumat

11 Desember 2020   16:24 Diperbarui: 11 Desember 2020   16:25 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
covid 19 dan jamaah salat Jumat meluber ke luar masjid - bbc.com

Khotib mengambil contoh tentang Nabi Adam Alaihisalam (AS) dan Siti Hawa. Keduanya sudah diperingatkan Allah agar menjauhi pohon terlarang. Tetapi karena bujukan iblis, keduanya melanggar perintah. Hukuman untuk keduanya bukan hanya dicabut kebahagiaa yang mereka miliki, tetapi bahkan diusir dari surga.

Nabi Adam dan Siti Hawa menyadari kekeliruan mereka. Namun, sudah terlambat. Mereka diusir dari surge, dan turun ke bumi. Lalu keduanya bertobat, minta ampun. Tidak seketika ampunan diberikan. Nabi Adam dan Siti harus terpisah selama 100 tahun sebelum dipertemukan kembali.      

Kalimat (doa-doa) yang yang diucapkan Nabi Adam dalam tobatnya diajarkan langsung oleh Allah Swt, dan diabadikan dalam Surah Al-A'raf: 23, yang artinya:  "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." 

*

Lupa, Doa

Tidak terasa hampir 40 menit saya terduduk di sisi masjid bersama puluhan orang lain yang tidak mendapatkan tempat di dalam masjid. Pada hari-hari sebelum merebaknya Covid-19 pun jamaah membludak, apalagi pada 9 bulan terakhir ini, saat ada keharusan menjadi jarak. Sementara itu atap tambahan yang dibuat sejak berminggu-minggu lalu belum juga selesai. Entah biayanya kurang, atau pengerjaannya yang lambat.

Maka suasana orang Jumat'an di luar masjid kondisinya jauh dari ideal. Beberapa orang memilih berteduh di teritisan rumah tetangga masjid. Yang lain ngobrol. ada pula petugas memfoto, yang lain membagikan masker untuk Jemaah yang belum bermasker. Satu-dua Jemaah masih berdatangan.

Begitu doa khotib selesai, iqomah diserukan. Orang-orang pun bergegas menggelar sajadah. Di jalan sisi kanan-kiri, dan depan masjid. Jarak dan kerapian shaf tak terjaga. Mungkin para pengurus masjid tidak pernah membayangkan, dan terlambat mengantisipasi, begitulah keadaannya. 

Dan lantaran lupa hari, lalu terlambat sampai ke masjid hingga harus iklhas berada di luar/halaman masjid, maka saya dapat melihat hal-hal itu semua, dan dapat menuliskannya sekarang.

*

Ingat, Telat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun