Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Juru Parkir dan Pemulung, Dua Sosok yang Menginspirasi

13 November 2020   09:12 Diperbarui: 13 November 2020   09:19 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Pemandangan Biasa

Tiap orang punya perasaan, dan hati, dan dapat merasakan hal-hal luar biasa yag ditemuinya. Siapapun orang itu. Dan kini kesempatan kesempatan untuk "eksis" bukan monopolisi para selebritas, pesohor, politikus, maupun pemuka masyarakat. Tetapi juga para pemulung, pengamen, pengemudi ojek, dan tukang parkir.

Ponsel milik Hermawan rupanya memberinya wawasan cukup mengenai obyek foto, rasa estetika, konten, dan bahkan pengambilan foto (di luar kecanggihan ponsel yang dimilikinya). Obyeknya, seorang anak pemulung sedang membaca Al Qur'an kecil. Ekspresi wajah dan posisi duduk terekspose baik. Pengambil dari sisi memungkinkan tulisan Arab pada kitab suci terlihat jelas.    

Hermawan terbetik pekiran untuk mengambil gambar, yang menurutnya "bukan pemandangan biasa". Mungkin letih, mengantuk, lapar, dan segenap perasaan lain disandang Akbar. Tetapi dengan kitab suci ia rasakan tidak ada sesuatu yang perlu dirisaukan.

Jiwa besar Hermawan terlihat pada ungkapannya setelah fotonya viral dan diapreasianya banyak netizen.

"Viral atau nggaknya, itu mah sudah jadi ketentuan yang di atas, saya moto anak kecil yang suka ngaji itu. Karena satu (alasannya), anak saya juga lagi program hafiz, saya suka kalau ada anak kecil, apalagi lagi hujan-hujan dan pemulung yang ngaji, ini pemandangan luar biasa," kata Hermawan, bapak dua anak itu.

Entah apresiasi apa yang diterima Hermawan atas karya fotonya yang menyentuh hati itu. Tetapi yang pasti Akbar telah menemukan nasib yang lebih baik.

*

Bandingkan, Ikut-ikutan

Tulisan ini ingin menyampaikan sekadar pembanding. Bandingkan kemuliaan Hermawan dalam berbagi, dan tak terkecuali kesedihan Akbar saat mencari ibunya dan rela menjadi pemulung; dengan kekerdilan pikiran para pengunggah video mesum (serta para penyebar, termasuk media mainstream maupun media sosial), serta para pemeran dalam video itu.

Tidaklah perlu di sebut nama-nama, para pembaca pasti maklum belaka. Luar biasa memprihatinkan sebab barangkali tak sedikit netizen yang ikut-ikutan menyebarkannya. Lebih banyak lagi yang penasaran dan ingin melihat video itu. Sangat banyak yang ikut nimbrung untuk sekadar mengatakan kata-kata jorok, menghina, mempersalahkan, memperolok, menghujat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun