Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Joe Biden Menang dan Janji Trump Jika Kalah

7 November 2020   20:43 Diperbarui: 10 November 2020   15:36 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Tetapi sejarah berdemokrasi Amerika Serikat dengan Indonesia tentu saja jauh berbeda. Tidak mudah dibandingkan dan apalagi disandingkan. Mereka hanya punya dua partai politik saja. Di sana presiden terpilih dalam Pilpres mengambil semuanya

Sedangkan negeri ini berlaku multi partai. Tiap tokoh gemar belaka membuat partai politik. Tujuannya jelas, ternyata para ketua umum parpol berkesempatan besar menjadi presiden. Setidaknya sebagai capres atau sekadar cawapres.

Kalau tidak ada pembatasan dan pengaturan jumlah parpol bakal terus bertambah. Bukan barang baru para politikus suka main bajing-luncat, atau mendirikan parpol sendiri. Fahri Hamzah bikin partai, Amien Rais tak mau ketinggalan bikin partai baru. Mutakhir, ada Partai Masyumi.

Terkait Pilpres terakhir mana lebih demokratis, Amerika Serikat atau Indonesia? Yang jelas, sangat mustahil berharap Donald Trump bersedia menjadi Menhan pada pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris.

*

Sesuatu yang sudah terjadi bakal dicatat sejarah, apalagi hajatan sebesar Pilpres. Dan seperti cerita fiksi akan muncul tokoh antagonis dan protagonis. Donald Trump dan Prabowo kiranya bakal dikenang sebagai tokoh antagonis.

Sebaliknya Hillary Clinton (dalam Pilpres AS 2016, berhadapan dengan Donald Trump), dan Jusuf Kalla (dalam Pilpres RI 2009, berhadapan dengan SBY) tokoh protagonis. Keduanya dengan lapang dada segera mengakui kekalahan, mengucapkan selamat kepada capres pemenang.

*

Pelajaran dan hikmah apa dibalik kedua Pilpres itu? Seperti selalu didengungkan dalam pilkada dan juga pilpres kita, tiap pasangan yang maju harus mendeklarasikan sikap fair play, disertai tekat bulat "siap menang dan siap kalah". Tidak mudah diwujudkan memang, minimal jangan bikin onar-cemar-rusuh-huru hara  lantaran kalah.

Mudah-mudahan pada Pilpres RI 2025 mendatang cara kita berdemokrasi makin matang, dan memunculkan sosok-sosok negarawan baru yang inspiratif untuk ditiru. Harapannya, bakal muncul presiden dan wakil presiden baru mumpuni, yang mampu meneruskan kerja-keras, kerja-cerdas dan kerja waras ala Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun