Di tengah berbagai berita yang bikin hati miris, bikin pikiran dipenuhi rasa was-was, serta perasaan tak menentu; selalu ada berita menggembirakan. Yaitu berita mengenai orang-orang penyebar kebaikan, berlaku baik untuk kebaikan orang lain, untuk ditiru.
Dan bonusnya, yaitu menjadi viral. Peristiwa kebaikan yang dikhabarkan itu dengan cepat dikenal orang, diperbincangkan pada media sosial, serta menginspirasi orang lain untuk (insyaa Allah) melakukan kebaikan pula.
Ada banyak hal baik, dan salah satunya yaitu kebaikan orang-orang yang membagikan nasi secara gratis. Bukan hanya sesekali, tetapi rutin hampir tiap hari. Jumlahnya pun tidak sedikit. Tanpa didasari ketulusan dan kemauan besar maka rencana berbuat baik demikian tak akan bertahan lama.
*
Gizi, Gratis
Tubuh ini perlu asupan. Bukan hanya gizi dan nutrisi, tetapi juga makanan rohani. Pengertian pertama disifati sebagai makanan yang halal, yaitu baik zatnya, benar cara penyembelihannya (dengan menyebut nama Allah, untuk hewan sembelihan), maupun dari cara pendapatkannya.
Sedangkan makanan rohani tentu saja pendidikan budi-pekerja, sopan-santun/tata-krama, etika, dan terutama pendidikan agama. Dalam Islam, pendidikan agama mengacu pada tuntunan Al Qur'an (semua aspek kehidupan ibadah maupun muamalah) dan Sunah (yang dicontohkan Nabi Muhammad).
Peristiwa pertama tentang satu keluarga di Surabaya yang sejak September 2020 membagikan makanan gratis. Jumlahnya 100 porsi, dari Senin hingga Jumat. Nasi gratis itu (menurut pengakuan pelakunya) dibagikan dengan satu tujuan, yaitu membahagiakan orang lain.
Dengan ide yang sama, di Klaten ada pula sebuah warung nasi gratis. Warung Gratis Bersinar namanya. Usaha itu didukung oleh paguyuban bakul/pedagang setempat. Â Mereka beraktivitas sosial sejak sebulan terakhir. Ide kebersamaan mereka bermula dari WhatsApp Group.
*
Berbagi, Komunikasi
Makanan merupakan kebutuhan pokok. Di tengah kesulitan berbagai kalangan lantaran pandemi virus korona uluran tangan orang-orang mampu dan berpunya sangat diharapkan. Setelah Pemerintah mengucurkan berbagai program untuk membantu warga masyarakat, banyak pula warga saling peduli dan saling bantu.
Menyebarluaskan kebaikan dan berita baik pastilah termasuk dalam kategori itu. Orang-orang yang peduli, yang menyebarkan adanya makanan gratis di Surabaya, maupun warung gratis di Klaten, kiranya tak lepas dari saling peduli dan saling bantu itu.
Akhirnya bukan hanya satu keluarga dan satu paguyuban itu yang merasa terpanggil berbuat baik, melainkan juga keluarga lain, juga peguyuban maupun perkumpulan lain. Kelangsungan kegiatan dua pihak itu memang mendapat bantuan orang pihak lain.Â
Dengan kata lain, adanya sarana komunikasi WhatsApp, maupun platform media sosial berupa facebook, instagram, twitter dan lainnya; harus dimaksimalkan untuk tujuan baik.
Hal itu sekaligus menangkal banyaknya penggunaan media serupa orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Orang-orang kriminal, atau orang-orang yang berambisi politik tertentu dengan menghalalkan segala cara.
Orang-orang yang menghasut khalayak agar ber-demo rusuh juga memanfaatkan sarana komunikasi maupun media sosial yang sama. Mereka menyalanggunakan kemajuan teknologi untuk merusak, baiak sarana umum maupun akhlak. Tindakan bejat seperti itu harus dilawan.
Dan cara yang sangat terpuji dalam melawan, yaitu dengan berbuat sebaliknya. Meski gratis, tidak ada yang membayar. Tidak berharap imbalan selain demi kebaikan. Jangan gunakan kemajuan teknologi-komunikasi selain untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
*
Literasi, Hati Nurani
Dari makanan dan warung gratis banyak orang mendapatkan asupan bergizi. Para pelaksana gratis itu menjanjikan menu yang selalu berbeda dan bervariasi, agar "konsumen" tidak bosan.
Demikian pun tuntutan kepada orang-orang di belakang layar untuk menyebarkan kebaikan itu. Yaitu orang-orang yang membuat komentar-opini maupun liputan, dan kemudian mengunggah, atau sekadar meresposting konten yang sama. Bikin sajian yang tidak membosankan. Ambil sisi unik dan menarik agar orang tertarik untuk membaca-merenungi dan pada akhirnya terpanggil untuk melakukan kebaikan pula.
Semakin banyak orang tidak berpikir untuk berbuat baik, berarti pula keburukan berkurang. Dan bila mungkin kelak hilang sama sekali. Meski tidak mungkin, alias mustahil, kondisi ideal memang harus terus diperjuangkan.
Dalam kaitan dengan dunia tulis-menulis, alias dunia literasi, maka peran Kompasiana menyebarluaskan semangat berbagi sangat besar. Membagikan kebaikan, nilai-nilai baik, semangat baik, berbuat dan bersikap baik, kiranya ada di dalam hati nurani setiap penulis Kompasiana.
*
Nilai Kebaikan
Di tengah ancaman Covid-19, saat lapangan kerja makin sempit dan sulit, setiap orang masih perlu makan. Apapun dikerjakan orang untuk mendapatkan makan. Karenanya sangat mulia orang-orang yang merealisasikan semangat berbagi. Melalui makan/warung gratis, maupun literasi gratis.
Selain dua contoh di atas kiranya masih banyak orang-orang berhati mulia di kota-kota lain (yang tidak terekspos, dan/atau tidak menjadi viral).
Itu saja. Sekalipun alakadarnya, mudah-mudahan tulisan ini bernilai kebaikan pula. Wallahu a'lam. ***
Cibaduyut, 31 Oktober 2020 / 14 Rabi'ul Awal 1442
** Terkait makanan yang halal dan baik berikut firman Allah, yang artinya: Â "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, Dan janganlah kamu mengikuti Langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah:168)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H