Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Mengisi Liburan dengan Tawuran

29 Oktober 2020   23:14 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan. Ya, satu kata itu yang paling sering dikaitkan dengan kata "libur". Hari libur, kalender merah, hari kejepit, dan ditambah lagi dengan "cuti bersama" menjadi kata kata paling menghibur untuk orang-orang yang menunggu saat terbaik untuk melakukan liburan.

Orang-orang yang sudah terbiasa berlibur pada Sabtu dan Ahad, akan merasa semakin senang bila ada hari lain dalam kategori di atas. Libur lebih panjang dapat diartikan sebagai perjalanan lebih panjang dapat dilakukan. Bukan hanya di sekitaran kota sendiri, tetapi bahkan (dengan kendaraan darat) menyeberang ke berbagai provinsi lain.

*

Adanya cuti bersama dan hari libur yang bertumpuk pada akhir bulan Oktober 2020 ini memungkinkan terjadinya libur panjang. Selama 4 hari sejak Rabu hingga Ahad nanti, tanggal 28 sampai dengan 1 November 2020, bagi pegawai dan karyawan dapat dimanfaatkan sebagai liburan untuk pergi ke luar kota.

Namun liburan merupakan sebuah pilihan. Berbagai kondisi harus dipertimbangkan. Dan saat ini selain alasan kesiapan finansial, juga alasan cuaca, keamanan, juga alasan kesehatan, khususnya terkait dengan ancaman penyebaran korona yang belum mereda.

Salah satu ciri liburan ditandai dengan banyaknya orang yang bepergian, ke luar kota. Ada yang mengunjungi lokasi-lokasi wisata. Ada yang berkunjung ke rumah sanak-saudara. Dan ada pula yang melakukan hobi, yang tidak dapat dilakukan kecuali saat libur panjang.

Puluhan ribu kendaraan roda empat telah meninggalkan Jakarta sejak kemarin. Hal itu diberitakan media, dengan memberi ilustrasi kemacetan maupun arus yang padat pada satu arahke luar kota. Warga Jakarta dan sekitarnya (wilayah Bodetabek) pergi ke   provinsi lain, baik ke Banten dan Jabar; atau ke Jateng-Yogyakarta dan Jatim, Ada juga yang ke arah Sumatera.

Ada hikmah besar dari liburan kali ini yaitu membangkitkan kembali roda ekonomi yang terpuruk oleh ancaman pandemi. Meski belum dalam kondisi normal, mestinya para pelaku usaha wisata, kuliner, transportasi, hotel, hiburan, dan lainnya memanfaatkan kesempatan ini untuk bangkit kembali.

*

Diantara orang-orang dan keluarga mereka yang mampu melakukan acara liburan, masih lebih banyak yang tetap menahan diri. Tetap di rumah saja, bukan karena anjuran untuk menghindari dari ancaman pandemi saja, tetapi lebih pada kondisi ekonomi yang tidak mendukung.

Ada banyak orang yang dalam kondisi demikian. Mereka yang terkena PHK, yang dirumahkan, yang bisnisnya ambruk, yang kondisi keuangan memburuk, dan terutama mereka yang memang tidak punya cukup kemampuan untuk membayar kemewahan bernama liburan.

Saat ini harga-harga serba mahal. Memutuskan berlibur berarti harus berhitung mulai dari biaya transportasi, biaya makan-minum di perjalanan, biaya memasuki lokasi liburan, biaya lain-lain yang tak terduga.

Maka pilihan terbaik mengisi masa liburan ini bagi mereka yaitu tetap di rumah saja. Mengerjakan apa saja di rumah, dan itu berarti berhemat. Sebab belum tahu masih berapa lama lagi kondisi ekonomi bakal kembali normal lantaran berbulan-bulan diganggu ancaman Covid-19.

Agak ironis dan terasa tidak masuk akal ketika ada remaja yang mengisi liburan mereka dengan melakukan tawuran.

*

Ada-ada saja cara anak muda mengisi hari-hari mereka. Di tengah suasana liburan, masih ada yang memilih melakukan aksi tawuran, seperti yang terjadi di Jatinegara, Jakarta Timur.

Ya, tetapi mungkin memang hanya itu yang dapat dilakukan. Pilihan lain tak terjangkau, mungkin juga tak terpikirkan. Murah-meriah, menghibur, sekaligus menegangkan; sebab bisa-bisa berakhir cedera.

Tapi tawuran? Tentu ada yang salah dengan pilihan itu. Dan begitulah memang kenyataannya. Mungkin mereka merasa hebat dengan melakukan beberapa aktivitas sekaligus: berolahraga (berlari: mengejar atau dikejar, berteriak-teriak), uji nyali (menggunakan senjata tajam dan peralatan lain untuk saling ancam), dan untung-untungan menjadi tenar.

Hal terakhir itu tak kalah menarik. Selalu ada saja orang yang mengabadikan peristiwa tawuran, lalu mempostingnya di media sosial. Lalu menjadi viral. Baik dan buruk tidak lagi menjadi pertimbangan bagi si peng-upload maupun para pelaku tawuran. Peristiwa itu telah menjadi "hiburan" tersendiri bagi para penggemar hal serupa di daerah lain.

Sebab masa liburan begini tidak ada aksi demo. Padahal dalam demo lalu seringkali para pengemar tawuran mendapat kesempatan untuk berpartisipasi. Terutama pada saat kondisi menjadi rusuh dan bentrok dengan aparat. Tentu saja hanya para petawur sejati yang berani berhadap-hadapan dengan petugas yang bersenjata gas air mata, water canon, pentungan karet, dan sepatu lars.

*

Tentu sangat buruk alasan dan akibat dari mengisi liburan dengan tawuran. Karena itu jangan ditiru. Tirulah mereka yang tetap di rumah saja saat liburan panjang.

Biarlah di Jakarta saja peristiwa semacam itu terjadi. Remaja dan warga di daerah lain jangan ikut-ikutan. Jangan sampai menular ke tempat-tempat wisata dan daerah-daerah di mana para perantau pulang kampung. Sebab hanya saat liburan panjang seperti saat ini mereka sempatkan ke kampung halaman.

Jangan mengisi liburan dengan tawuran. Apapun yang lain boleh dan tidak apa-apa, asalkan baik dan tidak menyalahi aturan. Dan bukan tawuran. Wallahu a'lam. ***

Cibaduyut, 29 Oktober 2020 / 12 Rabi'ul Awal 1442
(Mari meneladani akhlak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun