Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Mengisi Liburan dengan Tawuran

29 Oktober 2020   23:14 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini harga-harga serba mahal. Memutuskan berlibur berarti harus berhitung mulai dari biaya transportasi, biaya makan-minum di perjalanan, biaya memasuki lokasi liburan, biaya lain-lain yang tak terduga.

Maka pilihan terbaik mengisi masa liburan ini bagi mereka yaitu tetap di rumah saja. Mengerjakan apa saja di rumah, dan itu berarti berhemat. Sebab belum tahu masih berapa lama lagi kondisi ekonomi bakal kembali normal lantaran berbulan-bulan diganggu ancaman Covid-19.

Agak ironis dan terasa tidak masuk akal ketika ada remaja yang mengisi liburan mereka dengan melakukan tawuran.

*

Ada-ada saja cara anak muda mengisi hari-hari mereka. Di tengah suasana liburan, masih ada yang memilih melakukan aksi tawuran, seperti yang terjadi di Jatinegara, Jakarta Timur.

Ya, tetapi mungkin memang hanya itu yang dapat dilakukan. Pilihan lain tak terjangkau, mungkin juga tak terpikirkan. Murah-meriah, menghibur, sekaligus menegangkan; sebab bisa-bisa berakhir cedera.

Tapi tawuran? Tentu ada yang salah dengan pilihan itu. Dan begitulah memang kenyataannya. Mungkin mereka merasa hebat dengan melakukan beberapa aktivitas sekaligus: berolahraga (berlari: mengejar atau dikejar, berteriak-teriak), uji nyali (menggunakan senjata tajam dan peralatan lain untuk saling ancam), dan untung-untungan menjadi tenar.

Hal terakhir itu tak kalah menarik. Selalu ada saja orang yang mengabadikan peristiwa tawuran, lalu mempostingnya di media sosial. Lalu menjadi viral. Baik dan buruk tidak lagi menjadi pertimbangan bagi si peng-upload maupun para pelaku tawuran. Peristiwa itu telah menjadi "hiburan" tersendiri bagi para penggemar hal serupa di daerah lain.

Sebab masa liburan begini tidak ada aksi demo. Padahal dalam demo lalu seringkali para pengemar tawuran mendapat kesempatan untuk berpartisipasi. Terutama pada saat kondisi menjadi rusuh dan bentrok dengan aparat. Tentu saja hanya para petawur sejati yang berani berhadap-hadapan dengan petugas yang bersenjata gas air mata, water canon, pentungan karet, dan sepatu lars.

*

Tentu sangat buruk alasan dan akibat dari mengisi liburan dengan tawuran. Karena itu jangan ditiru. Tirulah mereka yang tetap di rumah saja saat liburan panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun