Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Baik Bercerai daripada Bersuamikan Mukidi

20 September 2020   16:28 Diperbarui: 20 September 2020   16:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya suami harus tahu diri untuk berusaha keras bekerja, untuk menafkahi keluarga. Meski harus menjadi kuli panggul, buruh bangunan, pengamen, dan pedagang asongan. Asalkan halal. Tidak malah tergantung pada ekonomi isteri dan orang tuanya. Apalagi "memeras" harta mertua.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Tidak mudah memperbaikinya. Bagi Maryati, lebih baik bercerai daripada bersuamikan Mukidi.

*

Itu salah satu sebab kasus perceraian kian marak. Terutama gugat cerai. Mereka sampai antri untuk mendaftar dan proses pengurusannya. Sampai jadi viral dan trending, mungkin para jurnalis keheranan atas fenomena itu.

Nah, mudah-mudahan bermanfaat. Meski sulit mestinya tiap pasangan berjuang keras untuk menghindari perceraian. Sangat rugi bila seseorang meninggal dengan status janda atau duda cerai. Sangat merugi, bila seseorang memilih bercerai kemudian menikah lagi dan mendapatkan pasangan baru yang jauh lebih buruk perangainya. Mohon maaf lebih dan kurangnya. pernikahan

Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 20 Setember 2020
(nasihat ala kadarnya untuk 2 keponakan, Firman bin Sudarsono dan Fauzan bin Atta, yang segera melangkah ke gerbang pernikahan)

Ramai Kasus Perceraian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun