Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anjay, Menyakiti Perasaan, dan Kekerasan Verbal

15 September 2020   15:00 Diperbarui: 15 September 2020   15:27 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi - black and white dog - abstractart.galler

Tidak ada orang yang mau disakiti hatinya. Terkecuali orang yang punya kesabaran diri yang cukup, sakit hati akan dibalas spontan denga tindakan tak terkendali. Hingga kerap terjadilah hal-hal buruk tak terduga.

Kata-kata yang terbaik diucapkan kapan pun, bahkan dalam keadaan terkejut, kesakitan, ketakutan, dan hal-hal lain yang tak terduga, yaitu mengucapkan kata-kata toyibah, istigfar, dan doa. Membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata yang baik dimulai dari kecil, misalnya saat kita bersin.

Agama mengajarkan mengucapkan kata "Alhamdulillah", dan bukan kata apapun lainnya yang tak perlu. Sebab ternyata bersin merupakan proses mengeluarkan virus yang coba menyerang tubuh. Kata-kata baik itu sekaligus sebagai persiapan menghadapi ajal.

Saat maut menjemput, yang ditandai dengan kesakitan yang amat sangat, maka kata-kata yang terbiasa diucapkan itulah yang reflek tersembur: makian (orang pemarah), lirik nyanyian (penyanyi), hitung-hitungan bunga (tukang kredit/membungakan uang), kata-kata mesum (perempuan nakal), dan seterusnya.  

*

Hentikan

Mungkin saat ini kata anjay sudah tidak dipermasalahkan lagi, tidak penting lagi dibahas, apakah kata itu makian atau bukan. Tetapi sebaiknya dijauhi dulu. Kalau sekadar ungkapan kagum-terpesona-senang-terperanjat dan seterusnya masih banyak kata-kata lain yang jelas ucapan dan maknanya.

Kalau ingin menggunakan kata-kata berbeda ya tinggal comot saja yang sudah ada. Kalau bahasa ibu/daerah dan bahasa Indonesia sudah bosan, cari bahasa Inggris. Bila kurang keren dan terlalu biasa bolehlah ambil bahasa Prancis, Jepang, India, Arab, atau bahasa asing lain.  Toh hanya satu-dua kata, tak lebih. Mbah Google, khususnya Google Translate, pasti dengan senang hati membantu.

Nah, itu saja. Lepas dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) penghentian penggunaan kata anjay (karena termasuk dalam kekerasan verbal dan dapat dipidanakan), mari hapus semua makian dan kata-kata tak perlu dalam kamus keseharian kita. Ganti saja dengan kata-kata lain yang menyehatkan, menyenangkan, menginspirasi, dan membuat nyaman. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 15 September 2020   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun