Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Nikmati Santapan Pagi

13 September 2020   08:20 Diperbarui: 13 September 2020   08:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aneka makan-minum untuk sarapan - popmama.com

Santapan rohani yang disampaikan Pak Ustaz menyitir sebuah hadits.

Diriwayatkan dari Abu Dzar Jundub bin Junadah Al-Ghifari dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal Al-Anshari bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan sebelumnya, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik." (HR. Tirmidzi dan beliau mengatakan hadits hasan dan dalam sebagian cetakan sunan Tirmidzi disebutkan hasan shahih)

Takwa berarti mengikuti apa-apa yang diperintah Allah, dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya. Pada beberapa kesempatan tak jarang ungkapan itu kurang lengkap disampaikan, menjadi sekadar "mengikuti/melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya".

Padahal yang seharusnya diikuti/dijalankan dan dijauhi itu "apa-apa atau hal-hal apa yang" (dapat dirinci lebih detail), diperintahkan dan "apa-apa atau hal-hal apa yang" dilarang. Bukan perintah atau larangan itu sendiri. Sementara itu, kata "larangan" itu sendiri sebenarnya juga merupakan "perintah", yaitu perintah untuk tidak melaksanakan/melakukan.

Sebagai contoh, pada lingkungan TNI para petingginya punya kebiasaan membuat "Perintah Harian. . . ."  (didalamnya sudah termasuk larangan).

Takwa merupakan hubungan antara mahluk dengan sang Khalik, hubungan perhambaan (tidak diciptakan jin manusia kecuali untuk bersujud). Orang harus mencari jalan yang lurus, yaitu yang diridhoi (diberi nikmat). Buka jalan orang-orang yang dimurkai, dan jalan orang-orang yang sesat (Al Hatihah, ayat 6-7).

Kalimat berikutnya: Ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan sebelumnya; merupakan usaha untuk mawas diri dan selalu sadar akan potensi salah. Itu sebabnya tiap orang perlu selalu membuka diri untuk berubah ke arah kebaikan (menjadi lebih baik dari hari ke hari).

Kalimat tersebut merupakan cara berkomunikasi kepada diri sendiri. Takwa menghubungkan sisi manusia di hadapan Tuhan; sedangkan mawas diri merupakan cara berkomunikasi kepada diri sendiri.

Selanjutnya, kalimat "dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik", merupakan cara berkomunikasi dengan lingkungan manusia (lebih luas kepada lingkungan dan alam sekitar). Kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat merupakan salah satu sisi kehidupan yang harus dijaga harmoni dan kenyamanan keberlangsungannya.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun