Kecelakaan tunggal terjadi, tetapi mengaku dikeroyok. Si nenek sempat dicecar pertanyaan soal kejadian pengeroyokan fiktif yang dialaminya, dan belakangan diketahui bahwa pada tanggal kejadian ia sedang dalam proses penyembuhan akibat operasi plastik. Bedanya, kronologi cerita Prada M. Ilham dikeroyok belum sempat terekspose luas ke media nasional.
Cerita itu hanya beredar diantara rekan-rekan sesama prajurit kronologi itu disampaikannya juga. Bahkan dibumbui dengan kata-kata yang sangat menyakitkan TNI sebagai lembaga. Hingga hal itulah yang membangkitkan semangat amuk tak terkendali.
*
Sekadar menduga-duga, apa yang sebenarnya terjadi dengan Prada M. Ilham? Apakah ia sangat malu karena kecelakaan itu? Malu bisa membuat orang jadi kalap. Dan untuk menutupi malu itu ia membuat cerita fiktif. Mungkin ia pun tak menyangka cerita karangannya menyebar luas diantara sesama prajurit.
Tetapi dugaan demikian dengan mudah dipatahkan, sebab bukan hanya satu-dua pihak yang dihubungi Prada M. Ilham, melainkan 27 orang prajurit (seangkatan maupun atasannya). Artinya, ia dengan sadar berniat membakar amarah para prajurit itu. Dan rencananya sukses besar.
Berdasarkan laporan sementara, jumlah korban penganiayaan 16 orang, sedangkan kerusakan materiil 83 unit.
*
Maka sungguh jahat tindakan yang dilakukan Prada M. Ilham. Kalau ada hukuman berat harus dijatuhkan dari kejadian itu maka Prada M. Ilham menjadi orang pertama yang pantas dipecat.
Andai saja Prada M Ilham suka menonton tayangan komedi situasi (sitcom) berjudul Bocah Ngapak, dan mencermati perilaku salah satu pemerannya yaitu Ilham, mungkin saja ia menjadi lebih penyabar dan penuh humor. Banyak tersenyum dan tertawa, dan tidak akan mencari kambing hitam atas kecerobohan dan kesalahan sendiri: kecelakaan tunggal. Melainkan justru menjadi bahan lawakan, jauh dari sikap amarah, anarkhis, dan antisosial.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Mudah-mudahan semua itu terjadi bukan karena pengaruh obat-obatan terlarang atau minuman keras. Biarlah Prada M. Ilham dan para perajurit muda itu merasakan buah teramat pahit dari perbuatan buruk mereka. Â Tugas besar para petinggi TNI dan Polri yaitu secepatnya mengevaluasi diri agar peristiwa memprihatinkan dan memalukan itu tidak terjadi lagi di seluruh wilayah tanah air. ***
Sekemirung, 4 September 2020