Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Tilik, Sosok Bu Tejo, dan Nyinyiran Menjurus Fitnah

23 Agustus 2020   20:26 Diperbarui: 23 Agustus 2020   20:43 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang viral film pendek berjudul Tilik (Jawa, menjenguk). Film yang diproduksi Ravacana Films  bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu berdurasi 32.34 menit.

Tilik dirilis tahun 2018 dan tayang di Youtube pada 17 Agustus 2020 itu, sempat menjadi trending topic Twitter dengan lebih dari 28 ribu cuitan. Sejak diunggah hingga kmarin (22/8/2020), Film Tilik telah ditonton 5,2 juta kali oleh pengguna YouTube.

Dikisahkan serombongan ibu sebuah desa di Kabupaten Bantul (lokasi syuting) mendapat kabar Bu Lurah (mestinya disebut Bu Kades) sakit, dan harus masuk rumah sakit. Dialog dalam bahasa Jawa ngoko (kasar), dan diberi teks Bahasa indonesia. Rombongan para ibu (berjumlah sekitar 25 orang) berniat menjenguk. Tidak ada bus yang bisa disewa, karena rencana kepergian mereka sangat mendadak. Info sakitnya Bu Lurah dari Yu Ning, salah satu ibu yang ikut dalam rombongan.

Upaya menjenguk orang sakit itu memperlihatkan kebersamaan dan kecintaan para ibu terhadap Kades mereka.

Pembicaraan sepanjang jalan semula mengenai Bu Kades yang sakit. Ia janda dengan seorang anak lelaki bernama Fikri. Lalu pembicaraan melebar soal Dian (pacar Fikri, calon mantu Bu Kades) yang diduga suka mengganggu para suami di desa mereka. Beberapa saksi memergoki, dan memperkuat dugaan itu. Yang paling getol mengumbar dugaan buruk tentang Dian tak lain Bu Tejo.

Dua sasaran sekaligus dibidik nyinyiran Bu Tejo (diperankan olehSiti Fauziah Saekhoni) . Dan ia didukung oleh ibu-ibu lain, diantaranya Yu Sam dan Bu Tri. Satu-satunya yang menyangkal dan mengingatkan Bu Tejo agar tidak menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya (yang dikhawatirkan berujung fitnah), yaitu karaktek Yu Ning.

Bila ibu-ibu lain tersenyum dan tertawa mendengarkan omongan Bu Tejo; hanya wajah Yu Ning yang kaku dan tampak sebal. Seraya sesekali menyangkal dan mengingatkan agar tidak menebar fitnah.

Puncak dari sikap berbeda antara Bu Tejo dengan Yu Ning, terjadi sebuah pertengkaran. Kalau saja truk yang mereka tumpangi tidak dicegat polisi boleh jadi pertengkaran belum berakhir.

*

Kepala Desa

Tidak digambarkan dalam film itu mengapa mereka yang harus buru-buru menjenguk (tilik) Bu Kades. Padahal untuk itu mereka harus naik truk berdesakan, tanpa tempat duduk dan tanpa atap, untuk menempuh perjalanan ke ibujota kabupaten (tidak disebutkan berapa kilometer).

Oya sedikit, sebutan yang benar yaitu Bu Kades. Kesimpulan itu didapatkan dari pembicaraan ketika Bu Tejo memberi uang kepada Gotrek, si sopir truk sewaan. Di situ Yu Ning berkomentar itu uang sogokan agar memilih Pak Tejo yang akan maju (menjagokan diri) dalam Pilkades. Jabatan Kades diperoleh dari pemilihan langsung oleh warga. Adapun Lurah merupakan jabatan karier yang diangkat oleh Bupati/Walikota di daerah yang bersangkutan. 

Mengenai sosok Bu Kades sendiri (yang sakit), disebutkan sebagai orangtua tunggal (alias janda). Tidak dijelaskan apakah ia ditinggal mati atau bercerai dengan suami. Namun, pada scene akhir pertanyaan itu terjawab. 

Seorang lelaki tua dimunculkan yang digambarkan sebagai calon suami Dian (yang dikomentari Bu Tejo sebagai "lebih cocok sebagai bapak Dian daripada sebagai suami"), dan terrnyata ayah Fikri.

*

Tingkat Kesulitan

Film pendek ini sebagian besar terjadi di atas truk, dan berupa dialog sejumlah ibu di dalamnya. ada tambahan adegan, yaitu ketika truk mogok dan memaksana penumpang ikut mendorong truk, ketika di cegat polisi lalu-lintas karena melanggar peraturan, singgah di mushola karena beberapa ibu tidak tahan menahan kencing dan ada pula yang salat dhuhur, juga dialog sopir (Gotrek dengan penumpang disamping sopir).

Beberapa adegan tersebut sekadar dibumbui guna menghindari gambar agar tidak monoton. Namun, memang tidak mudah menghilangkan kesan monoton.

Demikian pun film pendek itu mampu mengatasi beberapa tingkat kesulitan. Pertama, adegan terbanyak di atas truk yang melaju. Itu artinya kru berada di atas truk pula. Kedua, lokasi di tempat terbuka yang mengandalkan pencahayaan dari sinar matahari. Bila matahari tidak terlalu terik (bahkan mendung merata) maka waktu pengambilan gambar dapat lebih panjang waktunya (dari pagi hingga sore, karena tidak terlebih tampak perbedaan).

Ketiga, kesulitan dari sisi audio/suara. Sebab dialog terjadi pada saat truk bergerak, sehingga gangguan angin dan terjadinya gesekan pada clip on sulit dihindarkan. Dan hal itu mempengaruhi kejernihan dan kualitas suara.

*

Internet, Fitnah

Nyinyir, ghibah, dan berujung pada fitnah para ibu, khususnya Bu Tejo, berawal dari unggahan di internet, khususnya media sosial mengenai Dian. Karakter Dian dinilai Bu Tejo sebagai perempuan penggoda.

Sebagian besar ibu anggota rombongan berpendapatan bahwa apapun yang sudah ditayangkan di internet itu sebuah kebenaran. Sebab, kilah mereka, di sana selain ada cerita/berita, ada pula gambar/foto/video.

Satu-satu anggota rombongan yang mengingatkan adanya kebohongan atau hoaks dari informasi di internet, yaitu Yu Ning. Tetapi Bu Tejo dengan mimik melecehkan dan suara dibuat-buat (mengingatkan pada karakter Sentilun dalam sitkom Republik Sentilan-Sentilun -diperankan oleh Slamet Rahardjo dan Butet Kertaradjasa- di Metro TV beberapa waktu lalu) membantah pernyataan Yu Ning.

Bahkan pada akhir cerita, ketika tahu Bu Kades belum dapat dijenguk karena masih ada di ruang ICU, Bu Tejo menyindir (mengulang ucapan Yu Ning) bahwa menyebar informasi yang tidak benar itu berarti fitnah. Sampai di sini sosok Bu Tejo ditampakkan bukan karakter antagonis, melainkan justru protagonis. Sebaliknya Yu Ning yang antagonis?

*

Demikian pengamatan sepintas penulis terhadap film pendek Tilik. Tontonan menarik dan kreatif itu menjadi viral (tokoh Bu Tejo pun menjadi trending) dan memunculkan banyak tanggapan. Mudah-mudahan ada Sesuatu yang dapat dipetik dari film itu, khususnya menghindari dari ghibah (menyebarkan aib orang lain maupun diri sendiri), fitnah (menyampaikan hal-hal tidak benar), serta bijak memanfaatkan internet/medsos, dan selalu waspada terhadap hoaks (yang merugikan, mengadu-domba, menyesatkan).

Itu saja, semoga bermanfaat. Wallahu a'lam. ***

Cibaduyut, 23 Agustus 2020 / 4 Muharram 1442

Baca juga tulisan menarik lain:
cerpen-tetangga-tidak-pasang-bendera
awas-ranjau-jalan-dan-sosok-abdul-rohim-si-penyapu-ranjau
cerpen-rusmala-bengkak-2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun