Nyinyir, ghibah, dan berujung pada fitnah para ibu, khususnya Bu Tejo, berawal dari unggahan di internet, khususnya media sosial mengenai Dian. Karakter Dian dinilai Bu Tejo sebagai perempuan penggoda.
Sebagian besar ibu anggota rombongan berpendapatan bahwa apapun yang sudah ditayangkan di internet itu sebuah kebenaran. Sebab, kilah mereka, di sana selain ada cerita/berita, ada pula gambar/foto/video.
Satu-satu anggota rombongan yang mengingatkan adanya kebohongan atau hoaks dari informasi di internet, yaitu Yu Ning. Tetapi Bu Tejo dengan mimik melecehkan dan suara dibuat-buat (mengingatkan pada karakter Sentilun dalam sitkom Republik Sentilan-Sentilun -diperankan oleh Slamet Rahardjo dan Butet Kertaradjasa- di Metro TV beberapa waktu lalu) membantah pernyataan Yu Ning.
Bahkan pada akhir cerita, ketika tahu Bu Kades belum dapat dijenguk karena masih ada di ruang ICU, Bu Tejo menyindir (mengulang ucapan Yu Ning) bahwa menyebar informasi yang tidak benar itu berarti fitnah. Sampai di sini sosok Bu Tejo ditampakkan bukan karakter antagonis, melainkan justru protagonis. Sebaliknya Yu Ning yang antagonis?
*
Demikian pengamatan sepintas penulis terhadap film pendek Tilik. Tontonan menarik dan kreatif itu menjadi viral (tokoh Bu Tejo pun menjadi trending) dan memunculkan banyak tanggapan. Mudah-mudahan ada Sesuatu yang dapat dipetik dari film itu, khususnya menghindari dari ghibah (menyebarkan aib orang lain maupun diri sendiri), fitnah (menyampaikan hal-hal tidak benar), serta bijak memanfaatkan internet/medsos, dan selalu waspada terhadap hoaks (yang merugikan, mengadu-domba, menyesatkan).
Itu saja, semoga bermanfaat. Wallahu a'lam. ***
Cibaduyut, 23 Agustus 2020 / 4 Muharram 1442
Baca juga tulisan menarik lain:
cerpen-tetangga-tidak-pasang-bendera
awas-ranjau-jalan-dan-sosok-abdul-rohim-si-penyapu-ranjau
cerpen-rusmala-bengkak-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H