Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Lelucon Gus Dur, Polisi Tidur, dan Hari Bhayangkara

2 Juli 2020   00:00 Diperbarui: 1 Juli 2021   08:21 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
garis polisi - pontianak.tribunnews.com

Mumpung Pilpres masih jauh, juga Pilkada belum dimulai prosesnya, maka baguslah kalau kita galakkan kebiasaan berseloroh, bercanda, melempar lelucon, dan menggerakkan urat-syaraf geli. Tujuannya mulia, yaitu memelihara kewarasan.

Mari melucu, dan kita punya banyak panutan. Selain pelawak yang tergabung dalam Srimulat, serta grup-grup lawak sesudahnya (Empat Sekawan, Bagito, Patrio, Cagur, dan banyak lagi) generasi berikutnya disebarkan oleh aneka pentas maupun siaran televisi bertema stand comedy.

Nama Raditya Dika, Ernest Prakasa, Pandji Pragiwaksono, Cak Lontong, dan banyak nama lain menghiasi layar tv. Belakangan ke layar lebar dan tentu juga channel Youtube. Namun kiranya hanya satu presiden yang lucu betul di negeri ini. Siapa dia?

***

Gus Dur, Buku Mati Ketawa

Salah satu raja lelucon kita tak lain mantan Presiden, Kyai Haji Abdurrahman Wahid. Ia akrab dipanggil Gus Dur. Gus Dur Presiden RI Ke IV (1999 hingga 2001). Lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Wafat di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun.

Salah satu lelucon Gus Dur yang bakal dikenang lama kiranya yang berkenaan dengan polisi tidur. Coba bayangkan betapa serunya saat ide itu muncul: polisi tidur saja bisa jadi bahan lelucon.

Lelucon menjadi keseharian beliau di tengah kesibukan sebagai ulama, budayawan, penulis, politikus, kemudian presiden, dan banyak peran lain. Maka sebagian besar foto Gus Dur dalam mimik tertawa. Lebar pula. Tentu sangat menohok lelucon yang menggelitik syaraf geli beliau saat tertawa itu.

Jangan sangka beliau hanya praktisi melucu. Gus Dur juga seorang pemikir terkait substansi dan filosofi lelucon. Dan itu diurai --salah satunya- dalam pengantar buku sangat popular beberapa tahun lalu, berjudul "Mati Ketawa Cara Rusia".

Bukan hanya isi buku itu yang lucu, kata pengantarnya tak kalah menggigit (baca menggelitik). Maklumlah, Gus Dur yang menulisnya.

Berikut ungkapan Gus Dur terkait humor yang ditulis dalam pengantar buku tersebut: "Humor merupakan senjata ampuh untuk memelihara kewarasan orientasi hidup sebuah masyarakat, dengan itu warga masyarakat dapat menjaga jarak dari keadaan yang dinilai tidak benar. Salah satu di antaranya adalah sikap penuh pretensi, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan."

****

Polisi Tidur, Merepotkan

Siapa sebenarnya polisi yang sukanya tidur itu, melintang di jalan pula? Tidak bangun-bangun. Hujan-panas tak peduli, sering kena semprot pengemudi yang kurang memperhatikan kondisi jalan.

Istilah polisi tidur berasal dari bahasa Inggris Britania, yaitu sleeping policeman. Ungkapan polisi tidur sendiri sudah ada di Indonesia sejak tahun 1984. Polisi tidur sudah dicatat Abdul Chaer dalam Kamus Idiom Bahasa Indonesia pada tahun 1984.

Istilah ini diberi makna 'rintangan untuk menghambat kecepatan kendaraan'. Akan tetapi, istilah polisi tidur baru diakui dalam KBBI Edisi Ketiga pada tahun 2001.

Jadi sebenarnya sejujur apa sosok polisi tidur? Juga patung polisi? Apakah mereka pantas diberi karakter manusia sebagaimana dalam karya fiksi? Oya, kan hanya untuk guyonan?

Kalau diterus-teruskan lelucon itu, maka kita bisa menemukan lelucon lain: "Sedang tidur saja merepotkan, apalagi kalau bangun". 

****

Menyeleweng, Jenderal Hoegeng

Ada ribuan profesi, dan Polisi salah satunya. Entah berapa banyak diantara profesi itu yang menjadi oknum lantaran curang, culas, cunihin (mesum), dan cemar.

Dengan kata lain, selalu ada celah untuk menyeleweng, dan mencari untung sendiri dengan melanggar ketentuan maupun hukum. Tetapi selain Jenderal Hoegeng tidak adakah yang lain?

Sementara itu, Pak Hoegeng Iman Santoso (mantan Kapolri) sudah lama meninggal dunia (2004). Mestinya ada penerus kejujuran beliau.

Selain yang sudah menjadi pendapat umum tenang polisi, mari kita lihat sisi lain kehidupan polisi yang mungkin tak terbayangkan adanya.

****

Diangkatnya kembali salah satu lelucon Gus Dur tak lepas dari pengalaman Ismail yang harus menjawab pertanyaan polisi. 

Ismail Ahmad dari Kepulauan Sula mengaku tak bermaksud apa-apa dengan mengunggah guyonan Gus Dur yang berbunyi "Ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng" tersebut.

Setelah meminta maaf, Ismail tak lagi berstatus wajib lapor.

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menuding polisi melakukan intimidasi. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menilai, langkah Polres Kepulauan Sula menunjukkan institusi kepolisian anti-kritik. Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati berpendapat, polisi telah bertindak berlebihan dan represif dalam kasus ini.

****

Hari ini Polri memperingati hari jadinya. Peringatan hari ulang tahun ke-74 Bhayangkara pada tahun ini diselenggarakan secara virtual pada Rabu (1/7/2020) pukul 08.30 WIB, di Istana Negara, Jakarta.

Peringatan dipimpin langsung oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, selaku inspektur upacara. Sedangkan tema peringatan "Kamtibmas Kondusif Masyarakat Semakin Produktif".

Lepas dari segenap kekurangannya, Polisi tidak boleh lemah, pasrah, dan masa bodoh pada tugas pokoknya. Aman dan tertib masyarakat, tegak hukum, serta lindungi-ayomi-layani masyarakat.

Lelucon yang dilontarkan Gus Dur semoga menjadi pemacu jajaran Polri melakukan yang terbaik demi bangsa dan negara. Seberapapun tidak mudah dan penuh tantangan. Banyak sosok polisi panutan, teladan, inspiratif, jujur, dan berhati mulia patut ditonjokan, dan mereka tidak perlu dibandingkan dengan polisi tidur manapun.

Nah, itu saja. Semoga bermanfaat. Sekali lagi, Selamat Hari Bhayangkara. Dirgahayu Polri. 

*** 

Sekemirung, 1 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun