Perempuan muda itu tiba-tiba sudah berada di depan hidung saja. Ya, begitu dekat. Seperti orang dengan daya penglihatan sangat terbatas. Hampir 10 menit ia bertingkah seperti itu. Saya heran, risih, dan agak marah.
Belum 30 menit saya duduk di bangku panjang taman kota yang rindang itu. Saya suka membaca novel di mana saja yang suasananya nyaman untuk mengisi hari libur saya. Gangguan selalu ada saja, dan kini kukira seorang perempuan stress.
Akhirnya tak tahan juga saya untuk tidak bertanya.
"Nyonya? Adakah yang salah dengan wajah dan penampilan saya?"
"Saya bukan nyonya, tapi Nona. Panggil saya Nona Ana. . . ."
"Ah, masih bertahan belum menikah rupanya Nona. Namamu seperti judul lagu lama."
"Bukan. Judul film. . . .!"
"Anastasia?"
"Salah. Lusiana."
"Nama sebuah negara bagian Amerika Serikat?"
"Lousiana? Bukan. Saya tidak suka mengisi rubrik teka-teki silang. Saya perhatikan wajah Tuan baik-baik saja. Tidak ada kerut dan gurat dari masa lalu yang rumit. Saya rasa Tuan pas untuk menjawab pertanyaan saya. Itupun kalau Tuan berkenan!"