Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Kejujuran Polisi Jadi Bahan Lelucon

19 Juni 2020   21:04 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:09 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ismail Achmad -warga Kepulauan Sula- tentu punya rasa humor memadai. Tak tanggung-tanggung, kutipan yang diunggahnya di Facebook merupakan lelucon Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) yang terkenal suka humor.

Bahwa kemudian diperiksa polisi ia terkejut. Orang lain pun terkejut.  Kepulauan Sula, Maluku Utara, sejenak ditengok orang.  Ismail tak menyangka perjumpaannya dengan polisi menjadi viral di media. Bersamaan dengan itu ihwal sikap polisi (termasuk kejujurannya) menjadi perbincangan dan bahan lelucon (baca cibiran). 

*

Profesi, Jujur

Profesi apapun sebenarnya tidak kekurangan orang yang tidak jujur di dalamnya. Sebut profesi apa saja. Dari profesi mentereng dan terkesan wah, hingga profesi yang alakadarnya dan biasa-biasa saja. Tetapi lelucon Gus Dur terkhusus untuk satu profesi: polisi.  

Berikut kutipannya: "Ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng". Lucu luar biasa lelucon itu, sebab diantara 3 orang jujur seorang saja yang betul-betul polisi. Itupun sudah almarhum. Dua lainnya sebutannya saja, bukan manusia. 

Bagaimana kita harus menyikapi lelucon itu?  Apakah peninggalan Gus Dur lelucon itu akan relevan sepanjang masa? Apakah itu berarti saat ini tidak ada satupun Polisi yang jujur, minimal setengah jujur, atau yang sesekali saja jujur, atau yang jujur karena tidak ada pilihan lain? Mari kita intip kegiatan beberapa polisi yang mungkin  masih punya jujur dalam hati mereka.

*

Angkut dan Pemulung Sampah

Barangkali pernah kita dengar mengenai sosok piolisi yang pilih menjadi pemulung sampah. Ia tidak mau mendapatka uang dengan cara tidak jujur.  

Itulah yang dilakoni Aiptu Trisih Setyono. Pekerjaan sampingannya tukang angkut sampah. Pekerjaan itu sudah dilakukannya sejak tahun 2016. ia mengambil sampah dari warga Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung dan membuangnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pagerwojo.

Iuran pengganti biaya operasional. Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu per rumahtangga/warung. Dari uang iuran Trisih dapat mengangsur truk pengangkut sampah.  

Ada lagi polisi pemulung sampah. Namanyanya Pak Seladi. Pangkat Brigadir Kepala, anggota Satlantas Polres Kota Malang. karena

"Bripka Seladi merupakan contoh pribadi yang patut diteladani, karena dia bertugas di tempat yang kata orang merupakan 'tempat basah', tapi dia memiliki mentalitas yang baik," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji.

Bripka Seladi mendapat perhatian publik bukan semata karena pilihannya menjadi pemulung sampah selepas dinas, tetapi juga sikap yang melatarinya, yaitu mengajak koleganya menjadi polisi jujur, berdisiplin, dan melayani masyarakat tanpa pamrih, tidak arogan, dan dekat dengan masyarakat.

*

Polisi di Pondok Pesantren

Apa pikiran kita ketika ada polisi di pondok pesantren? Sedang melacak kasus kriminalkah? Sedang mengikuti acara seremonial? Sedang belajar ngaji? Tidak. Dua sosok polisi di pondok pesantren berikut ini tak lain pendiri dan pemilik pontren.

Adalah Aiptu Farizal yang merasa prihatin terhadap kondisi sosial warga. Banyak anak putus sekolah, mereka terlibat kriminalitas. Ia tinggal di kecamatan Padamaran Timur, Ogan Komering Ilir. Saat itu ia sebagai anggota Polres Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Ia bertugas di sana sebagai Bhabinkamtibmas sejak 1994.

Itu sebabnya ia membuka pondok pesantren.  Tahun 2007 peletakan batu pertama pembangunan masjid. Tanahnya 5,5 hektare. Tahun 2010 Farizal mendirikan pondok pesantren. Kini ada 191 santri.  Sejak 2015 meluluskan 2 angkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Pemikiran yang sama dirasakan oleh Brigadir Eko Julianto. Ia prihatin melihat anak-anak usia sekolah terlantar. Diantaranya salah pergaulan, berperilaku tanpasopan-santun. Sikap kepada orang tua tidak lagi menaruh hormat.

Pimpinan Kepolisan daerah menyatakan, Brigadir Eko Julianto merupakan sosok polisi berbudi. Ia peduli dengan mendirikan Ponpes di Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri Kota. padahal tempatnya berdinas di Polsek Jatiroto. Sekitar 45 Kilometer jauhnya.

*

Berbagi dari Gaji

Ada lagi polisi muda, yang rela berbagi dari gajinya. Ada Irsan Tapobali (19), seorang anggota polisi asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang patut dicontoh. Ia dilantik pada 2 Maret 2020.  

Irsan rela menghabiskan gaji dan tunjangannya sebesar Rp 7,8 juta untuk membeli bahan pokok. Lalu  dibagikan kepada 20 keluarga miskin di sekitar tempat tinggalnya, yaitu di Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, Kupang.  Dibantu keluarganya, Irsan melakukan aksi kemanusiaan dengan mendatangi setiap rumah yang menjadi sasaran penyaluran bantuan, Jumat (17/4/2020).

*

Personel, Keterbatasan

Jumlah personel Kepolisian Republik Indonesia 470.391 orang pada 2019. Memang tidak mudah menciptakan iklim jujur di tengah berbagai kondisi yang tidak kondusif. Tetapi Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis mestinya bekerja untuk mewujudkannya.

Mudah-mudahan suatu ketika nanti guyonan Gus Dur itu diubah menjadi " ada seratus, seribu, atau seratus ribu polisi jujur", tidak hanya tiga, dan apalagi menyertakan benda mati pula.

Di tengah "cibiran" berbagai pihak terhadap institusi polisi; perlu dicermati pula isi dan substansi guyonan itu sendiri dalam kondisi kekinian. Adakah karenanya usaha sejumlah polisi untuk mencoba "jujur" dalam keterbatasan mereka menjadi sia-sia?  Ah, tidak mudah mendapatkan penjelasannya.

Nah, itu saja sekadar pemikiran kecil. Terima kasih bila berkenan menyimak. Mohon maaf kurang dan khilafnya. Wallahu a'lam  ***

Katapang -- Kab. Bandung, 19 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun