Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Idulfitri 2020, Hikmah Pandemi, dan Indahnya Berlebaran Jarak Jauh

23 Mei 2020   12:52 Diperbarui: 23 Mei 2020   12:55 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aplikasi zoom - wartakota.tribunnews.com

Bagi si miskin ungkapan "baju baru tak terbeli" menjadi lumrah. Tidak apa-apa, tidak masalah. Tapi kali ini banyak orang tanpa baru bukan karena tidak beruang, melainkan pasar tutup, supermarket tutup, kaki lima digerebek pula.

Warga yang nekat berdesakan untuk mendapatkan baju baru dan aneka sandang lain yang serba baru diusir Satpol PP. Di belakang petugas itu ada polisi dan tentara. mereka yang nekat bisa-bisa dinaikkan ke truk dan dibawa ke luar kota, pada sebuah bangunan tua untuk karantina.

Padahal Lebaran tinggal besok. Hari ini hari terakhir Ramadan. Masakan dan aneka hidangan sudah disiapkan sejak pagi oleh para ibu dibantu semua anggota keluarga. Untuk Maghrib nanti berbuka, serta untuk besok hari selepas salat Idul Fitri di rumah masing-masing.

*

Pemerintah melalui Kementerian Agama sudah menetapkan, Ahad menjadi hari Idul Fitri. Ya, Ahad tanggal 24 Mei 2020. Itu berarti juga, 1 Syawal 1441 Hijriah. Tinggal sehari ini lagi berpuasanya.

Maka beberapa hari terakhir ini pasar dan mall kembali ramai. Untuk sementara mereka melupakan ancaman Covid-19. Meski sudah bermasker dan berusaha menjaga jarak, sulit juga dihindari untuk tidak berdesakan.

Namanya juga pasar, pedagang berjubel. Lahan untuk lalu-lintas penjalan dan pembeli sekadarnya. Belum lagi di kaki lima, di luar pasar, di tempat-tempat keramaian dadakan.

Bersamaan dengan jeritan petugas medis yang merasa disepelakan kerja dan perjuangan keras mereka menghadang pandemi Covid-19, hingga tak sedikit dari mereka yang harus tumbang menjadi korban, ternyata sebagian warga masyarakat seperti tidak peduli tertular atau menulari.

Sementara itu para ekonomi pun tak kalah nyaring dalam menjerit. Bila sebulan lagi kondisi ekonomi tidak dapat segera dipulihkan maka dampaknya akan sangat buruk. Bangunan ekonomi bangsa dapat ambruk, jatuh terlalu dalam untuk mampu bangkit. Dan itu berarti juga menjadi penyebab kematian besar yang tidak dikehendaki, melebihi jumlah korban akibat virus corona.

Buah simalakama demikian tentu tidak disimak benar oleh para pemikir praktis, gerak cepat, dan tampak ingin terburu-buru. Berpikir dan bertindak komprehensif bukan menjadi kebiasaan kita. Akibatnya kita menjadi terbiasa saling menyalahkan. Karena terlalu idealis, hanya mau yang baik; sedangkan proses ke sana tidak dicermati betul. Tidak diikuti, dan sabar menanti. Sebab keputusan apapun punya potensi salah yang sama besar dengan potensi benar.

*

Hari-hari terakhir jelang Lebaran ternyata pasar, mall, dan supermarket kembali ramai, sumpeg, dan desak-desakan. Pembeli datang berbondong seperti gelombang ari pasang. Para pedagang aneka isi pasar yang semula panjang --pendek dalam keluh, tiba-tiba terbit senyum mereka. Bahkan ada tawa dan tampak bahagia.

Sampai kemudian, secara tiba-tiba, aparat keamanan gabungan (di kota-kota tertentu) membubarkan semuanya. Tidak boleh ada kerumunan, tidak boleh ada warga yang tidak mengenakan masker, tidak boleh saling bersentuhan, tidak boleh dan berbagai tidak boleh lain.

Jadi kalau besok pagi banyak orang tidak mengenakan pakaian baru mohon dimaklumi saja. Sebab yang lebih penting sebenarnya yaitu mengukur seberapa besar-tinggi-mendalam pertambahan ketakwaan kita setelah sebulan penuh berpuasa. Menjadi manusia bertakwa,  itu tujuan diperintahkannya berpuasa Ramadan bagi orang-orang beriman. Bukan semata baju baru, bukan pula makanan/minuman enak-mahal-mengenyangkan pada saat berbuka maupun Idul Fitri

*

Melengkap sebulan penuh menjadi iman dalam salat wajib 5 waktu serta salat tarawih, maka kenapa tidak sekalian menjadi imam dan khatib salat sunah dua rakaat berjamaah Idul Fitri?

Maka boleh saja bergaya khatib salat hari raya pada umumnya: sarung andalan, kopiah, dan jas paling keren, atau kemeja batik termahal yang jarang dikenakan. Siapkan pula sajadah terbaik yang dimiliki. Soal khotbahnya dapatlah dikutip di Google yang ditulis Ustaz terkenal. Tanpa khotbah pun tidak mengapa.

Mungkin seumur hidup akan sekali itu saja kita menjadi imam dan khatib salat Ied.  Melengkap peran sebulan penuh menjadi imam salat tarawih (bagi sebagian kepala keluarga). Ah, betapa pandemi Covid-19 ini selain membawa banyak kerugian dan kekurangan, juga mengunggah hikmah terterkirakan besar. Karena dipaksa menjadi terbiasa, dan akibat terbiasa hal yang sulit menjadi terasa mudah. Sesuatu yang tak terbayangkan bila tidak ada "keterpaksaan" #dirumahaja yang kini jelang bulan ke tiga ini.

*

Nah, itu saja. Ahad besok Lebaran. Tuntas sebulan penuh kita berpuasa. Insyaallah umur kita sampai ke sana. Mari bermaaf-maafan. Untuk keluarga-keluarga yang saling berjauhan, yang di kampung halaman, mungkin ada juga saudara yang tinggal di kota yang sama, bisalah video call secara personal atau grup, menggunakan WhatsApp, Line, Skype, Zoom Cloud Meeting, atau Hangouts. Tinggal pilih aplikasinya.

Mudah-mudahan dngan itu tidak berkurang nilai silaturahim maupun keakrabannya. Meski secara sederhana, kiranya tidak berkurang pula kemeriahannya. Tak kurang pula keindahannya.

Terakhir, penulis menyampaikan "mohon maaf lahir dan batin" bila ada salah-salah kata, salah-salah tulis, dan terlebih salah pengertian. Wassalam. ***

Sekemirung, 23 Mei 2020 / 30 Ramadan 1441

Singgahi juga tulisan menarik lain:
di-rumah-saja-rumah-masa-depan-dan-panggilan-rumah-kubur
puisi-diantara-suara-azan
viral-perundungan-anak-penjaja-jalangkote-di-pangkep-dan-urusan-polisi
cerpen-dua-orang-buruh-gendong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun