Hari-hari terakhir jelang Lebaran ternyata pasar, mall, dan supermarket kembali ramai, sumpeg, dan desak-desakan. Pembeli datang berbondong seperti gelombang ari pasang. Para pedagang aneka isi pasar yang semula panjang --pendek dalam keluh, tiba-tiba terbit senyum mereka. Bahkan ada tawa dan tampak bahagia.
Sampai kemudian, secara tiba-tiba, aparat keamanan gabungan (di kota-kota tertentu) membubarkan semuanya. Tidak boleh ada kerumunan, tidak boleh ada warga yang tidak mengenakan masker, tidak boleh saling bersentuhan, tidak boleh dan berbagai tidak boleh lain.
Jadi kalau besok pagi banyak orang tidak mengenakan pakaian baru mohon dimaklumi saja. Sebab yang lebih penting sebenarnya yaitu mengukur seberapa besar-tinggi-mendalam pertambahan ketakwaan kita setelah sebulan penuh berpuasa. Menjadi manusia bertakwa, Â itu tujuan diperintahkannya berpuasa Ramadan bagi orang-orang beriman. Bukan semata baju baru, bukan pula makanan/minuman enak-mahal-mengenyangkan pada saat berbuka maupun Idul Fitri
*
Melengkap sebulan penuh menjadi iman dalam salat wajib 5 waktu serta salat tarawih, maka kenapa tidak sekalian menjadi imam dan khatib salat sunah dua rakaat berjamaah Idul Fitri?
Maka boleh saja bergaya khatib salat hari raya pada umumnya: sarung andalan, kopiah, dan jas paling keren, atau kemeja batik termahal yang jarang dikenakan. Siapkan pula sajadah terbaik yang dimiliki. Soal khotbahnya dapatlah dikutip di Google yang ditulis Ustaz terkenal. Tanpa khotbah pun tidak mengapa.
Mungkin seumur hidup akan sekali itu saja kita menjadi imam dan khatib salat Ied. Â Melengkap peran sebulan penuh menjadi imam salat tarawih (bagi sebagian kepala keluarga). Ah, betapa pandemi Covid-19 ini selain membawa banyak kerugian dan kekurangan, juga mengunggah hikmah terterkirakan besar. Karena dipaksa menjadi terbiasa, dan akibat terbiasa hal yang sulit menjadi terasa mudah. Sesuatu yang tak terbayangkan bila tidak ada "keterpaksaan" #dirumahaja yang kini jelang bulan ke tiga ini.
*
Nah, itu saja. Ahad besok Lebaran. Tuntas sebulan penuh kita berpuasa. Insyaallah umur kita sampai ke sana. Mari bermaaf-maafan. Untuk keluarga-keluarga yang saling berjauhan, yang di kampung halaman, mungkin ada juga saudara yang tinggal di kota yang sama, bisalah video call secara personal atau grup, menggunakan WhatsApp, Line, Skype, Zoom Cloud Meeting, atau Hangouts. Tinggal pilih aplikasinya.
Mudah-mudahan dngan itu tidak berkurang nilai silaturahim maupun keakrabannya. Meski secara sederhana, kiranya tidak berkurang pula kemeriahannya. Tak kurang pula keindahannya.
Terakhir, penulis menyampaikan "mohon maaf lahir dan batin" bila ada salah-salah kata, salah-salah tulis, dan terlebih salah pengertian. Wassalam. ***