"Terima kasih atas pujianmu, Mak . . . . !" jawab Bang Brengos ringan.
"Pujian, dukungan, dan penyemangat. . . .!" tambah Mak Jumilah seraya bergegas hendak menyiapkan aneka hidangan di meja makan.
Senyum Bang Brengos mengembang. Senang meski sekadar membayangkan menjadi imam salat di masjid umum, tidak hanya di rumah sendiri. Tetapi sepanjang yang pernah dilihatnya, belum pernah ada imam masjid yang perlu membawa contekan.
"Ini salah satu hikmah pandemi Covid-19. Rumah lebih berkah . . . .," gumam lirih Bang Brengos pada dirinya sendiri. Ya, hanya pada diri sendiri. Kesimpulan itu mungkin nanti dapat dijadikan tulisan tersendiri.
Sebelum salat tarawih berjamaah Bang Brengos perlu menjelaskan ringkas (sebatas pemahaman yang telah ditulisnya) mengenai pertanyaan: "Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu?" *** (Selesai)
Sekemirung, 10 -- 11 Mei 2020
Baca juga tulisan menarik lain:
andai-tidak-ada-kata-cucu-juga-dikerahkan
tercyduk-produsen-paket-sembako-isi-batu-ferdian-paleka
kasus-narkoba-roy-kiyoshi-ditangkap-polisi
dari-solo-didi-kempot-melawat-ke-sewu-kutho-hingga-belanda-dan-suriname
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H