Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Solo Didi Kempot Melawat ke Sewu Kutho hingga Belanda dan Suriname

7 Mei 2020   17:52 Diperbarui: 7 Mei 2020   19:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gebyar pentas didi kempot - www.thejakartapost.com

Cara berkomunkaksi seperti itu menyimpan beberapa keuntungan: pertama, berisitirahat untuk mengatur nafas; kedua, memberi kesempatan penonton untuk lebih keras dan lebih kompak menyanyi dan menghayati isi lirik yang mereka dendangkan.  

Cara lain yang -belum banyak, atau bahkan tidak ada- penyanyi lain yang membiasakannya, yaitu mengawali menyanyikan setiap lagu dengan mengajak penonton melafalkan refrain tanpa musik. Kebiasaan dan kemudahan orang menghafal sebuah lagu tentu pada refrainnya. Dan itu mengapa keikutsertaan penonton untuk menyanyi dapat dipancing dari sana.

Dan itu sebabnya penonton yang memadati satu lapangan sepakbola dan tribun sekeliling (kebiasaan Didi Kempot memilih atau dipilihkan lokasi dalam pentas pada berbagai daerah) tak segan bernyanyi dan berjoget serempak, kompak, dan penuh ekspresi tanpa malu-malu.

*

Suriname menjadi salah satu tempat berkembangkan bahasa dan lagu-lagu Jawa. Tidak mengherankan hal itu terjadi. Sebab di sana banyak komunitas Jawa masih bertahan dengan seni-budaya dan tradisi, termasuk dalam berbahasa, yaitu Jawa.

Didi Kempot popular di sana, meneruskan popularitas pendahulunya, yaitu Waljinah. Banyak cerita Jawa khususnya (dan Indonesia umumnya) dibawa Didi Kempot ke sana. Sebaliknya ia pun membawa berbagai cerita dari sana. Termasuk cerita tentang perkembangan dan perubahan orang-orang Jawa di sana.

Suriname menonjol dalam konteks karier Didi Kempot, padahal ada 5 negara lain (di luar Indonesia) yang juga dihuni oleh komunitas Jawa di sana. Sebut saja Singapura, Malaysia, Kaledonia Baru (negara kepulauan jajahan Perancis di Lautan Pasifik),  Kepulauan Coccos, dan Belanda.

Kemungkinan komunitas Jawa di Suriname (bekas jajahan Belanda) lebih besar jumlahnya. Tercatat 10 kali Didi Kempot mengadakan konser di Suriname dan 2 kali di Balanda. Bahkan sebelum menasional di tanah air, namanya lebih dahulu berkibar di Suriname dan Belanda.

Didi Kempot pernah meraih gelar penyanyi terpopuler. "the most popular singer in Suriname" pada 2013. Di sana ia bernyanyi lagu-lagu selain dalam Bahasa Jawa, juga dalam bahasa nasional Suriname yaitu .Bahasa Belanda.

Kabar Didi Kempot meninggal dunia juga diberitakan media asing, mulai dari mediwww.thejakartapost.coma internasional di Inggris hingga media lokal di Suriname.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun