Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiba-tiba Didi Kempot Pamit

6 Mei 2020   14:09 Diperbarui: 6 Mei 2020   14:17 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
didi kempot dalam pentasnya - jateng.tribunnews.com

Satu lagu yang belum sempat dibuat Didi Kempot mungkin berjudul pamit. Minta diri, hendak mundur, atau keluar dari lingkup yang selama ini digeluti. Sangat tiba-tiba. Mengagetkan.

Belum ada, tepatnya belum saya temukan lirik lagunya yang secara khusus menyatakan ucapan pamit itu memang.

Tetapi dalam lagu 'Kagem Ibu', suasananya sudah diperlihatkannya. Terlebih pada penggal lirik "Oh ibu, wis kepenak panggonmu / Sedoyo mung nenggo wektu". Terjemahan: Oh Ibu, sudah enak tempatmu / Semua hanya menunggu waktu //

Ibunya sudah meninggal tentu. Ia mengenangnya, dan menyatkaan tidak tahu kapan dapat menjumpainya. Setiap orang (pada dasarnya) hanya menunggu waktu (untuk kembali, berpulang, atau meninggal dunia).

Dan Selasa pagi (5/5/2020) Didi Kempot telah dicukupkan waktunya, untuk tidak lagi menunggu. Ia meninggal dalam usia 53 tahun, pada sebuah rumah sakit di Surakarta, Jawa Tengah. Siang hari jenazahnya dimakamkan di Ngawi, Jawa Timur.

*

Didi Kempot piawai mengajak pendengar dan penghayat lagunya untuk tenggelam ke dasar kegalauan atas peristiwa ditinggal kekasih, dikhianati, diduakan, disepelekan, dan seterusnya. Meski para  fans Didi Kempot (yang menamakan diri Sobat Ambyar) bernyanyi dengan suara keras, dan segenap anggota badan bergoyang mengikuti irama musik campur sari; lirik yang ada memandu kesedihan hingga pada linangan air mata tak terasa.

kisah apapun terkait dengan mantan -meski peristiwanya sudah lama berlalu- membuat perasaan kita seolah terayun-ayun dalam nada kesedihan. Coba saja bayangkan urutan ceritanya (sesuai dengan judul lagu Didi Kempot): setelah Sewu Kutho dilalui, akhirnya harus mengalami peristiwa Cidro, Medot Janji, Sri Minggat, dan banyak lagi lirik serupa itu, dan akhirnya malah Pamer Bojo.

Klimaks yang bikin nyesek di dada, pepat pikiran. Namun, tidak ada yang harus putus-asa. Setelah sang mantan ingkar dan mencederai janji kemudian pamer suami/isteri (bojo). Yang dirasa oleh aku (si penyanyi) jadi ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ambyar, nelongso, kapiran, kuwowo, kuciwo, dan ungkapan lain yang tak tergambarkan sakitnya.   

Kita bisa membuat versi masing-masing mengenai urutan cerita dari tiap lirik maupun judul lagu Didi Kempot. Intinya sedih dan sedih saja senantiasa, pilu, galau, rindu, dan berbagai perasaan lain yang tak menentu.

Dan kemarin, Didi Kempot memungkasi semua ceritanya dengan pamit. Agaknya ia tak kuat lagi menerima semua perlakuan buruk itu. Maka Sobat Ambyar bukan hanya sedih lantaran kisah-kisah dalam lagu yang dinyanyikannya, tetapi juga sedih karena si penyanyi sebagai sumber inspirasi sampai hati pergi mendahului.

*

Tentu tiap orang punya kesan dan pandangan yang mungkin berbeda. Kesan mengenai pribadi dan keseharian seorang Didi Kempot. Sudah banyak dikupas mengenai perjalanan karier menyanyi dari mulai menjual sepeda untuk membeli gitar, tidak meneruskan sekolah dan memilih menjadi pengamen. Beberpa tahun mengamen di kota sendiri. Lalu nekat merantau ke Jakarta, masih tetap sebagai pengamen pada beberapa kawasan di ibu kota, dan akhirnya beruntung dapat masuk ke dapur rekaman.

Setelah itu Didi Kempot berkelana dari panggung ke panggung sambil menciptakan lagu demi lagu. Bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga ke Suriname, Amerika Selatan, dan ke beberapa negara di Eropa.

Dari proses pematangan diri itu lahir sekitar 800 judul lagu dari tangannya. Lagu-lagu yang banyak dibawakan pada berbagai konsernya merupakan puncak-puncak pencapaian dari tiap album yang dibuatnya. Lagu-lagu itu punya cerita dan kisah unik-menarik masing-masing terkait dengan nama daerah/kota, nama terminal, stasiun, pelabuhan, pantai, dan banyak lagi.

Dalam bahasa agama ia (dengan berbagai perjalanan, pengalaman, dan pencapaiannya) dapat dikatakan merupakan seorang pendakwah. Penyebar atau syiar kebaikan. Ia (dengan verbal maupun contoh nyata)  menyampaikan hal-hal baik untuk  ditiru.

Berdakwah tanpa harus mengutip ayat-ayat suci dan hadist telah dilakukannya. Karena semua kebaikan itu pada hakikatnya bermuara pada perintah Allah untuk melaksanakannya. Sebaliknya hal-hal buruk untuk ditinggalkan, dijauhi, dibenci.

Tidak mengumbar cerita keberhasilan keluarga, kekayaan, dan hidup penuh perhatian kepada sesama menjadi salah satu cara berdakwah yang tidak mudah. Ia menghibur, memberi kesempatan orang lain untuk bersenang-senang, dan bersamaan itu juga menunjukkan ketegaran dan kesabaran menerima kenyataan hidup. Lambat-laun ia berkharisma bila berada di atas panggung, dan mulai 'berdakwah' melalui lirik, lagu, dan musiknya.

*

Kembali pada lagu 'Kagem Ibu' (Untuk Ibu, Jawa halus) agaknya merupakan tema yang berbeda. Di sana terasa benar dakwahnya untuk menyayangi, menghormati, dan mengenang kemuliaan seorang ibu. Selain dibawakannya sendiri, lagu itu juga dinyanyikan seorang bocah tuna netra Nasihat mendalam Didi Kempot muncul pada lirik 'sedoyo mung nenggo wektu'.bernama Arda Tatu. Suara yang jernih dan fasih itu menggambarkan kerindu dan sikap memuliakan kepada ibunya.

Nasihat mendalam Didi Kempot muncul pada lirik 'sedoyo mung nenggo wektu'.

Menunggu waktu, bersabar, mempersiapkan diri untuk pergi, dan iklhas untuk menerima apa yang akan terjadi. Baginya waktu pun habis, jatah umur sudah diambil semua. Dan ia harus berangkat menghadap Ilahi.

Selamat jalan, sugeng tindak, Lord Didi. Semoga kepergianmu husnul khatimah. Harapannya, semua karyamu menjadi ladang amal untuk bekal menghadapi masa sulit di alam akhirat.    

Mendadak sekali, tiba-tiba saja Didi Kempot --pujaan hati para pecinta lagu-lagu Jawa- harus pamit, undur diri, untuk pulang keharibaanNya. Semua yang bernyawa akan mengalami mati. Mengagetkan, dan bikin kesedihan yang bertumpuk-tumpuk. Namun, harapan kita semua: lagu-lagunya akan abadi. ***

Sekemirung, 6 Mei 2020

Baca juga tulisan menarik sebelumnya:
prank-bagi-bagi-paket-sembako-isi-batu-youtuber-ferdian-paleka-cari-sensasi
puisi-melagu-sunyi-dan-kopi-para-pendaki
cerpen-percakapan-mardimun-kepala-dusun-dan-tuan-jabrik-ketua-rt
laki-laki-kalap-menampar-perempuan-berakhir-maaf-dan-khilaf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun