*
Tentu tiap orang punya kesan dan pandangan yang mungkin berbeda. Kesan mengenai pribadi dan keseharian seorang Didi Kempot. Sudah banyak dikupas mengenai perjalanan karier menyanyi dari mulai menjual sepeda untuk membeli gitar, tidak meneruskan sekolah dan memilih menjadi pengamen. Beberpa tahun mengamen di kota sendiri. Lalu nekat merantau ke Jakarta, masih tetap sebagai pengamen pada beberapa kawasan di ibu kota, dan akhirnya beruntung dapat masuk ke dapur rekaman.
Setelah itu Didi Kempot berkelana dari panggung ke panggung sambil menciptakan lagu demi lagu. Bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga ke Suriname, Amerika Selatan, dan ke beberapa negara di Eropa.
Dari proses pematangan diri itu lahir sekitar 800 judul lagu dari tangannya. Lagu-lagu yang banyak dibawakan pada berbagai konsernya merupakan puncak-puncak pencapaian dari tiap album yang dibuatnya. Lagu-lagu itu punya cerita dan kisah unik-menarik masing-masing terkait dengan nama daerah/kota, nama terminal, stasiun, pelabuhan, pantai, dan banyak lagi.
Dalam bahasa agama ia (dengan berbagai perjalanan, pengalaman, dan pencapaiannya) dapat dikatakan merupakan seorang pendakwah. Penyebar atau syiar kebaikan. Ia (dengan verbal maupun contoh nyata)  menyampaikan hal-hal baik untuk  ditiru.
Berdakwah tanpa harus mengutip ayat-ayat suci dan hadist telah dilakukannya. Karena semua kebaikan itu pada hakikatnya bermuara pada perintah Allah untuk melaksanakannya. Sebaliknya hal-hal buruk untuk ditinggalkan, dijauhi, dibenci.
Tidak mengumbar cerita keberhasilan keluarga, kekayaan, dan hidup penuh perhatian kepada sesama menjadi salah satu cara berdakwah yang tidak mudah. Ia menghibur, memberi kesempatan orang lain untuk bersenang-senang, dan bersamaan itu juga menunjukkan ketegaran dan kesabaran menerima kenyataan hidup. Lambat-laun ia berkharisma bila berada di atas panggung, dan mulai 'berdakwah' melalui lirik, lagu, dan musiknya.
*
Kembali pada lagu 'Kagem Ibu' (Untuk Ibu, Jawa halus) agaknya merupakan tema yang berbeda. Di sana terasa benar dakwahnya untuk menyayangi, menghormati, dan mengenang kemuliaan seorang ibu. Selain dibawakannya sendiri, lagu itu juga dinyanyikan seorang bocah tuna netra Nasihat mendalam Didi Kempot muncul pada lirik 'sedoyo mung nenggo wektu'.bernama Arda Tatu. Suara yang jernih dan fasih itu menggambarkan kerindu dan sikap memuliakan kepada ibunya.
Nasihat mendalam Didi Kempot muncul pada lirik 'sedoyo mung nenggo wektu'.
Menunggu waktu, bersabar, mempersiapkan diri untuk pergi, dan iklhas untuk menerima apa yang akan terjadi. Baginya waktu pun habis, jatah umur sudah diambil semua. Dan ia harus berangkat menghadap Ilahi.