Kemampuan ekonomi para orangtua siswa sangat terbatas. Mereka buruh tani, dan orang-orang desa dengan penghasilan terbatas. Telepon pintar atau smartphone serrta kuotanya mereka tak punya. Pesawat televisi pun tidak semua memiliki. Karenanya tuntutan belajar jarak jauh tak terpenuhi, tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Â
Pak guru Avan Fathurrahman datang, berkunjung, menyambangi satu per satu siswanya. Itu berarti juga bersilaturahmi dengan para orangtua siswa. Aktivitas itu belum tentu dapat dilaksanakannya tanpa adanya wabah virus Corona.
*
Dalam postingannya selama beberapa hari di Facebook, Avan Fathurrahman mencerita apa yang dilakukannya. Pengalaman, pemikiran, dan harapannya terkait dengan belajar jarak jauh ditulisakannya dengan judul: "Ternyata saya belum jadi guru yang baik."
"Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid."
Karena tuntutan belajar jarak jauh, ada orangtua yang berusaha meminjam smartphone dari orang lain, ada yang mau membeli. Mereka hanya punya ponsel, bukan smartphone. Avan menjawab kerisauan oangtua itu dengan kesanggupan mendatangi tiap siswa. Seperti ditulisnya lebih lanjut:
"Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah. Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari."
Viralnya perjuangan Avan Fathurrahman membuka kenyataan lain yang tak kalah memprihatinkan. Yaitu jumlah siswa di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang hanya 20 orang.
Masih melalui FB, ia jelaskan:
"Sekolah saya kan agak pelosok. Kalau kelas VI-nya sendiri 5 orang, sedikit. Kelas V itu 4 (siswa), kelas III, 3 (siswa). Kalau siswanya (dari kelas I-VI) enggak sampai 20, karena bener di pelosok," kata Avan mengutip Artikel Kompas.com:
"Kalau gurunya itu yang PNS itu 4. Jadi kepala sekolah 1, guru agama 1, guru olahraga 1, saya guru kelas," lanjut dia.