Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bersabar "Di Rumah Aja", Dipingit, dan Mendapatkan Uswah

9 April 2020   00:17 Diperbarui: 9 April 2020   00:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Corona membawa banyak cerita. Dan memang sekaranglah waktunya untuk bicara, apa saja, mungkin sekadar untuk merintang-rintang waktu sebab "keharusan" berlaku serempak setiap warga pada ratusan negara di seluruh dunia, yaitu "di rumah aja".

Corona adalah nama virus. Sedangkan penyakit yang ditimbulkannya disebut Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, disingkat WHO) secara resmi memberi nama pada penyakit yang pertama kali dideteksi di Wuhan, China, 31 Desember 2019 itu.

Sebelum ada nama resmi penyakit orang biasa menyebutnya dengan "penyakit akibat terinveksi/tertular/terpapar virus corona. Dan sekarang menjadi jelas beda penamaannya. Kalau disebut Corona itu nama virusnya, kalau disebut Covid-19 berarti nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Jangan tertukar, jangan bingung.

Nah, sekarang beralih pada dampak. Banyak, besar, dan luar biasa. Itu kalau menyebut tentang dampak dan akibat adanya penyebaran virus corona. Orang positif Covid 19 terus bertambah setiap hari, demikian pula yang meninggal dunia.

Hari Kamis (8/4/2020) tercatat 2.956 kasus (bertambah 218 kasus), 2.494 orang dirawat, 240 orang meninggal, dan 222 orang sembuh.

*

Kalau bukan karena virus corona belum tentu kita sanggup "di rumah aja". Kata sanggup itu harus didampingkan dengan kata lain, yaitu kesadaran, kesabaran, dan harapan. Kesadaran harus ditumbuhkan karena virus corona terbukti cepat dan mudah menyebar, hingga dalam waktu singkat warga lebih dari seratus negara tertular.

Kesabaran dipertinggi karena tidak ada pilihan lain. Sabar untuk berdiam diri di rumah, menunggu entah sampai kapan keadaan itu berakhir. Sambil menunggu harus pula rajin cuci tangan dengan sabun atau sanitizer, menjaga jarak aman dengan orang lain (bahkan keluarga sendiri bila dicurigai telah berdekatan dengan orang lain tidak diketahui kondisinya tertular tidaknya dengan virus corona), juga terus di rumah (berusaha sekuat tenaga sama sekali tidak ke luar lingkungan rumah). Kerumunan menjadi pantangan untuk dimasuki. 

Sebenarnya kecanggihan teknologi informasi  sudah dapat menggantikan aktivitas sosial. Tetapi tanpa ketemu langsung sering dirasa kurang afdol. Itu sebabnya karantina atau isolasi mandiri dirasa tidak mudah, terlebih jika waktunya tidak diketahui sampai kapan. Perlu kesabaran.

Satu lagi, yaitu harapan. Mudah-mudahan pandemik virus corona segera berlalu. Harapan disertai doa dan tawakal.  Ada yang optimistis menyebut 1 bulan, ada pula yang 3 bulan, atau 6 bulan, bahkan 1 tahun penyebaran virus corona baru berhenti.

Karena secara global aktivitas ekonomi nyarus berhenti maka tidak ada bisnis yang tidak merugi. Terkecuali industri yang bergerak dalam peralatan medis yang terkait dengan penanganan pasien Covid-19.

Lambat laun perilaku di rumah saja makin merata. Orang-orang yang semula bandel menjadi ketakutan, dan malah panik, menilihat kenyataan yang ada. memang sifat virus corona seperti virus lain, cepat datang dan cepat pergi. Tetapi khusus corona agaknya harus membawa banyak korban terlebih dahulu. Puluhan ribu orang tewas, dan puluhan ribu lainnya menunggu penanganan rumah sakit dan nasib baik.

*

Kembali pada frasa "di rumah aja". Dulu kita kenal sebutan dipingit. Tidak boleh keluar rumah selama jangka waktu tertentu. biasanya anak perempuan yang menghadapi hari pernikahan. Ia dipingit untuk diberi wawasan mengenai kehidupan berumahtangga, sikap isteri terhadap suami,  persiapan bila kelak menjadi ibu, dan seterusnya. Tetapi satu hal yang pasti, calon pengantin perempuan diajari untuk merawat diri, mempercantik, bukan hanya fisik tetapi juga hati dan perasaan.

Pada hari yang ditentukan nanti, saat perkawinan dilangsungkan, bukan hanya hadirin yang "pangling" (tidak mudah mengenali) pada si calon pengantin perempuan, tetapi juga calon pengantin laki-laki dan keluarganya. Selain pakaian adat yang menjadikannya anggun, wajah dan segenap riasan membuatnya cantik mempesona.

Dalam hubungannya dengan wabah virus corona kali ini agaknya setiap orang perlu mengambil filosofi dari calon pengantin perempuan yang dipingit. Bukan hanya penampilan, tetapi juga hati dan perasaan harus diperbaiki, dipermak, diperbaiki sehingga membuat orang lain "pangling". Bila perlu malah menjadikan diri sebagai "satrio piningit" (Jw), artinya satrio yang dipingit. Biasanya ia masih berdarah biru, warga keraton.  Ia akan keluar ke tengah masyarakat setelah menjadi sakti, punya banyak ilmu, dan siap memberantas aneka kejahatan di sekelilingnya. Itu hasil yang diharapkan dari keadaan dipingit.

Nah, mudah-mudahan demikian juga orang-orang yang mampu berpikripositif dan berprasanaka baik terhadap kehadiran virus corona.

*

Corona hadir seperti beberapa virus lain sebelumnya: bikin heboh dan membawa banyak korban. Tetapi kemudian berlalu, dan orang melupakannya. Sampai kemudian muncul lagi jenis virus yang lain dengan karakter yang jauh berbeda. Seperti saat ini. Semua negara mencoba-coba dan meraba-raba dalam mengambil keputusan.

Setelah corona berlalu (dengan segenap kehebohan dan kegegapgempitaannya) maka kita baru dapat bernafas lega, lalu melupakan, dan kembali pada kesibukan rutin masing-masing. Tanpa melupakan dahsyatnya wabah itu. Mudah-mudahan kita semua mampu memetik pelajaran, hikmah, dan uswah dari sana.  

Nah, itu saja. Mudah-mudahan "wabah Covid-19 cepat berlalu". Siapapun pasti berharap yang terbaik. Wassalam. ***

Cibaduyut, 8 - 9 April 2020

Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun