Lambat laun perilaku di rumah saja makin merata. Orang-orang yang semula bandel menjadi ketakutan, dan malah panik, menilihat kenyataan yang ada. memang sifat virus corona seperti virus lain, cepat datang dan cepat pergi. Tetapi khusus corona agaknya harus membawa banyak korban terlebih dahulu. Puluhan ribu orang tewas, dan puluhan ribu lainnya menunggu penanganan rumah sakit dan nasib baik.
*
Kembali pada frasa "di rumah aja". Dulu kita kenal sebutan dipingit. Tidak boleh keluar rumah selama jangka waktu tertentu. biasanya anak perempuan yang menghadapi hari pernikahan. Ia dipingit untuk diberi wawasan mengenai kehidupan berumahtangga, sikap isteri terhadap suami, Â persiapan bila kelak menjadi ibu, dan seterusnya. Tetapi satu hal yang pasti, calon pengantin perempuan diajari untuk merawat diri, mempercantik, bukan hanya fisik tetapi juga hati dan perasaan.
Pada hari yang ditentukan nanti, saat perkawinan dilangsungkan, bukan hanya hadirin yang "pangling" (tidak mudah mengenali) pada si calon pengantin perempuan, tetapi juga calon pengantin laki-laki dan keluarganya. Selain pakaian adat yang menjadikannya anggun, wajah dan segenap riasan membuatnya cantik mempesona.
Dalam hubungannya dengan wabah virus corona kali ini agaknya setiap orang perlu mengambil filosofi dari calon pengantin perempuan yang dipingit. Bukan hanya penampilan, tetapi juga hati dan perasaan harus diperbaiki, dipermak, diperbaiki sehingga membuat orang lain "pangling". Bila perlu malah menjadikan diri sebagai "satrio piningit" (Jw), artinya satrio yang dipingit. Biasanya ia masih berdarah biru, warga keraton. Â Ia akan keluar ke tengah masyarakat setelah menjadi sakti, punya banyak ilmu, dan siap memberantas aneka kejahatan di sekelilingnya. Itu hasil yang diharapkan dari keadaan dipingit.
Nah, mudah-mudahan demikian juga orang-orang yang mampu berpikripositif dan berprasanaka baik terhadap kehadiran virus corona.
*
Corona hadir seperti beberapa virus lain sebelumnya: bikin heboh dan membawa banyak korban. Tetapi kemudian berlalu, dan orang melupakannya. Sampai kemudian muncul lagi jenis virus yang lain dengan karakter yang jauh berbeda. Seperti saat ini. Semua negara mencoba-coba dan meraba-raba dalam mengambil keputusan.
Setelah corona berlalu (dengan segenap kehebohan dan kegegapgempitaannya) maka kita baru dapat bernafas lega, lalu melupakan, dan kembali pada kesibukan rutin masing-masing. Tanpa melupakan dahsyatnya wabah itu. Mudah-mudahan kita semua mampu memetik pelajaran, hikmah, dan uswah dari sana. Â
Nah, itu saja. Mudah-mudahan "wabah Covid-19 cepat berlalu". Siapapun pasti berharap yang terbaik. Wassalam. ***
Cibaduyut, 8 - 9 April 2020