Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), penyampaian informasi yang akurat menjadi pintu masuk awal dan sangat penting dalam upaya pencegahan agar wabah tidak meluas.
"Dalam konteks ini, identitas korban terinfeksi Corona kiranya perlu dipertimbangkan untuk dibuka kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui interaksi atau rute perjalanan orang yang terinfeksi selama ini. Terutama korban yang memang sering berinteraksi dengan publik, seperti seorang tokoh ataupun pejabat publik," kata Ketua KPI Agung Suprio, Sabtu (21/3/2020).
Syarat pertama dan utama penyebaran identital pasien positif maupun meninggal dunia karena virus Corona yaitu Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto. Yang diumumkan hanya nama, umur, alamat, status pasien serta riwayat penyakit terkait virus Corona, tanpa data pribadi lain. Pihak lain yang tanpa hak menyebarkan data sendiri dapat terkena ancaman hukuman penjara dan denda.
Banyak manfaat dengan adanya keterbukaan itu. Pertama, munculnya kesadaran memeriksakan diri bagi seseorang yang pernah berdekatan dengan nama-nama yang diumumkan sebagai positif (termasuk sembuh, suspect, dan negative) tertular virus Corona.
Kedua, diharapkan tidak akan muncul lagi pemberitaan yang berlebihan, yang bersifat spekulasi, yang memojokkan -dan hal buruk lain- seperti yang dialami nama-nama pasien awal akibat tekanan psikologis.
Ketiga, sikap warga masyarakat akan berubah drastis dengan mengikuti segenap petunjuk yang ada agar tidak tertular dan tidak menulari, terlebih bila kenal dan tahu riwayat penyakit pasien positif maupun yang meninggal dunia.
*
Mudah-mudahan Pemerintah mempertimbangkan usulan KPI di atas. Harapannya dalam waktu dekat direalisasiakan, sehingga kewaspadaan warga masyarakat makin tinggi.
Terpapar virus Corona bukan hal yang memalukan. Bukan untuk ditutup-tutupi, demi keluarga dan orang-orang yang dikenal, demi orang banyak. Sebab jumlah orang yang terpapar pun sudah mencapai ratusan orang. Harapannya media arus utama maupun media sosial lebih hati-hati, arif, dan berempati dalam pemberitaan mengenai mereka.
Sekali lagi, mari kita rajin berhitung. Mudah-mudahan identitas penderita akibat Covid-19 segera dibuka. Sebab bila lalai dan abai, tak ada pilihan selain harus segera menghitung hari. Sembuh, atau tak tertolong lagi.
Itu saja. Terima kasih sudah membaca tulisan ini hingga tuntas. Kiranya ada yang dapat dipetik di dalamnya. Mohon maaf kurang-kurangnya. Wassalam. *** Bandung, 21 Maret 2020