Hal-hal buruk dan tidak kita sukai selalu hadir tanpa diundang. Tentu bukan hal yang mudah untuk menjadikannya sebaliknya, menjadi baik dan menyenangkan.
Banjir, bukankah itu hal buruk dan tidak menyenangkan? Dengan cara apa lalu bisa menikmatinya?
Tanya saja pada Bang Ipul, panggilan akrab untuk Saefullah, Sekda DKI Jakarta. Pasti beliau yang sudah menjadi Sekda pada 4 Gubernur (hingga sekarang, yaitu Jokowi yang sedang cuti saat mencalonkan diri sebagai Capres, Basuka Tjahaja Purnama (Ahok), Djarot Saiful idayat, dan Anies Baswedan) punya jawaban yang mumpuni soal itu.
Apa katanya?
"Pulau Jawa dari Banten ada Tangerang-nya, Jakarta, Bogor (di) Jawa Barat di berbagai kotanya, Jawa Tengah di berbagai kotanya, Jawa Timur di berbagai kotanya juga ada banjir itu. Jadi dinikmati saja. Itu kan soal manajemen air," ujar Saefullah  di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/2/2020)
Maksud dia (mungkin), saat ini berbagai daerah banjir. Tidak hanya Jakarta, tetapi juga provinsi lain. Jadi bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Pada kesempatan sebelumnya ia sudah menyatakan bahwa semua gubernur Jakarta pernah mengalami banjir. Artinya, gubernur yang sekarang bukan satu-satunya yang tidak mampu mengatasi banjir. Kalau mau disalahkan maka salahkan juga gubernur-gubernur sebelumnya. Jadi nikmati saja. . . . !
*
Banyak orang yang menikmati banjir Jakarta dan menjadi viral. Anak-anak berenang, anak hingga orang tua berjoget tik tok, main perosotan di tengah banjir, serta makan-minum sambil berendam di air banjir.
Mungkin karena tampak keriangan dan keasyikan yang ditimbulkan di tengah banjir itu Saefullah mendapatkan ide kocak yang diungkapkan dengan kata: "dinikmati saja".
Ia lupa sisi lain yang menyedihkan, memprihatinkan, memilukan, mengharukan, dan berbagai kata lain serupa itu.
Netizen pun langsung bereaksi dengan berbagai tanggapan yang keras, kejam, dan menohok. Salah satunya menyebutkan bahwa Saefullah tak ubah dengan junjungannya.
"Kami sudah jenuh dengan banjir. Tolong perhatikan rakyat karena kami merugi biaya, rugi tenaga karena sakit-sakit. Tolonglah jangan dipermainkan perasaan rakyat," kata Ahmad Hendra (24), warga kawasan Jakarta Barat.
*
Banjir membuat lelah para pimpinan daerah. Bupati, Walikota, dan Gubernur harus bekerja ekstra keras. Lelah mengurusi berbagai upaya untuk mengatasi dampak banjir, dan lelah pula untuk menjawab berbagai pertanyaan, pernyataan, dan bahkan hujatan yang terkait dengan kinerja yang diragukan keandalannya.
Khusus untuk Anies Baswedan sudah santer dikritikkan warga maupun nitizen ihwal ketidak mampuannya mengelola kota, termasuk penanggulangan banjir.
Dua tahun menjadi gubernur hampir-hampir tidak ada yang dilakukan terkait dengan upaya antisipasi dan penanggulangan banjir. Bahkan untuk sekdar meneruskan program gubernur sebelumnya pun tidak.
Yang mengherankan, agaknya yang lebih dipikirkan hanya bagaimana menyukseskan proyek Formula E. Itu sinyalemen aktivis dan pengamat politik Ray Rangkuti.
Karena soal banjir Anies Baswedan akhir-akhir ini memilih berhemat kata, maka Saefullah yang sibuk berhadapan dengan awak media maupun menjadi narasuber pada sejumlah acara yang membahas seputar banjir Jakarta. Hingga kemudian terlontarlah ucapannya yang menyepelekan, tanpa empati dan terkesan berusaha lepas tanggungjawab: "dinikmati saja".
*
Mungkin Saefullah letih dan bosan juga menghadapi banyak pertanyaan wartawan, bingung dengan tuntutan dan hujatan warga, bahkan menjadi jengkel dengan berbagai kritikan netizen.
Sehingga spontan -mungkin tidak sadar- ia mengeluarkan ungkapan yang bernada gurauan dan candaan yang tidak pada tempatnya. Setelah pernyatan itu viral mungkin ia baru menyadari bahwa logika yang dikemukakannya hingga sampai pada kesimpulan "dinikmati saja" tidak tepat, salah, dan tanpa perasaan.
Sebagai pejabat publik yang sedang mendapatkan sorotan media memang wajar ia kelelahan dan merasakan ketidaksukaan atas apa yang dihadapi. Tetapi bersikap tanpa empati, tanpa perasaan, sekadar berdalih dan bersilat lidah, tentu saja salah.
Dalam hal pasang badan atas semua hal-hal yang ditudingkan kepada Gubernur DKI Jakarta tentu saja lumrah, sebab ia Sekda-nya. Demikian pun dalam hal kecanggihan bertata kata agaknya Saefullah mesti banyak berguru pada sang guru.
*
Banjir menyebabkan banyak kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, lumpuh. Transportasi, perdagangan, pendidikan, dan banyak hal lain terhambat, bahkan terhenti. Kerugian yang diderita warga masyarakat -terlebih warga masyarakat menengah ke bawah- sangat besar.
Itu hal-hal yang tidak mungkin diatasi hanya dengan berdalih dan berkelit. Maka segera lakukan apa yang mestinya dilakukan. Kerja keras, kerja cerdas, tunjukkan kemampuan dan kemauan terbaik demi berpihak kepada rakyat dalam hal menanggulangi banjir. Dalam berkomunikasi dengan warga gunakan jawaban baik dan bermutu.
Jangan ada lagi ada kata-kata "dinikmati saja". Itu buruk dan busuk. Kalau tidak mampu mengubah cara berpikir menjadi lebih baik, maka biarlah orang lain yang lebih mampu menggantikanmu. Apa boleh buat? Sikap mawas diri jelas lebih terhormat dan bermartabat.
Beberapa pejabat memilih mundur dari lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Tentu mereka pun telah melewati satu proses mawas diri yang tidak mudah.
Itu saja. Kelak bila Saefullah kembali menjadi warga biasa dan rumahnya juga kebanjiran, pasti banyak orang penasaran untuk mengetahui bagaimana caranya menikmati banjir. ***
Cibaduyut, 28 Februari 2020
Sumber  Gambar Â
Tengoklah juga tulisan menarik sebelumnya:
bikin-trenyuh-ternyata-mereka-yang-minta-digunduli
minat-baca-hilang-taman-bacaan-dijual
menanggapi-celoteh-bu-sitti-hikmawatty-yang-bikin-geli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H