*
Menyebut nama grup teater Karbit memang hanya satu yang dituju, yaitu Denmas Sasmito. Tidak ada sosok dan pengurus lain. Apalagi anggota. Ia sendirian saja sebagai Ketua Umum, merangkap Sekretaris dan Bendaraha, bahkan sekaligus sebagai penyandang dana, penulis naskah, dan sutradara. Pengurus selebihnya dicari dadakan saat pentas akan dilakukan.
Dua hari setelah ide besar nongol di kepala, Denmas Sasmito mempercayakan soal seleksi kru panggung dan lainnya kepada Tuan Jabrik. Penampilan bergaya Eropa tempo doeloe, lebih tepatnya serupa gambaran tuan tanah, yang menjadi Jabrik dipanggil Tuan.
"Tuan Jabrik. . . .!"
"Siap, Bos. Menunggu perintah. . . .!"
"Sarapan dulu sebelum mulai bekerja. Santai. Cari sosok terbaik, apalagi untuk pemeran utama.. . .!"
"Siap, Bos. Sosok terbaik tak jarang muncul dari akar rumput. . . !"
"Salah pilih, bangkrut kita. . . Â !"
Dan entah mengapa Tuan Jabrik senang betul mendapatkan tanggungjawab mentereng itu. Sangat senang sebab itu berarti kesempatannya untuk menjadikan Nona Salomania yang cantik sebagai asisten, merangkap sekretaris dan bendahara, penyedia kopi, dan beberapa peran lain yang lebih pribadi.
*
Lakon yang hendak dipentaskan berbeda dibandingkan dengan lakon yang diusung grup teater kebanyakan. Grup Teater Karbit tidak berusaha sembunyi dan menyembunyikan apapun yang akan dipentaskan nanti. Meski itu demi diperoleh efek kejutan dan rasa penasaran. Yang ada justru diumbar. Perkara apakah nanti ceritanya seperti itu, atau berubah drastis, semua itu semata bagian dari strategi dagang.