Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terbongkar di Puncak, Wisata Halal, dan Arab

17 Februari 2020   23:56 Diperbarui: 17 Februari 2020   23:53 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu dilacak juga bagaimana tanggapan MUI dan para tokoh masyarakat setempat. Apa dan mengapa bisa terjadi? Apa peran yang sudah mereka lakukan untuk mencegah hal-hal buruk itu? Jangan-jangan mereka pun tidak peduli, tidak tahu-menahu, tahu tapi pura-pura bisu, dan alasan lain yang intinya tidak terlibat, dan tidak ingin dilibatkan.

Puncak yang dulu terkenal sebagai kawasan wisata, lambat-laun bertambah satu sebutan. Yaitu kawasan kawin kontrak antara perempuan setempat dengan wisatawan Arab. Promo di lokal tidak ada, tetapi promo internasional gencar adanya.

Label, Purbalenyi

Karena berlabel halal tersebut maka tidak pernah ada pemberitaan mengenai kasus mabuk-mabukan, atau miras oplosan, juga penyalahgunaan narkoba di sana. Tidak ada, atau tidak terekspose saja?

Padahal dunia prostitusi selalu dekat dengan kehidupan malam. Dan kehidupan malam tak jauh-jauh dari pemakaian minuman keras, peredaran narkoba, perilaku premanisme, dan peristiwa kriminal.

Polisi belum mengungkap sampai ke sana, atau memang tidak ada? Dan karena tidak ada hal-hal yang mencurigakan, sedangkan transaksi prostitusi pun bernuansa halal, maka "aman terkendali" saja sebutannya? Terlebih para pendatang merupakan wisatawan dari Arab, mereka orang baik-baik semuakah?

Tiba-tiba saja ada berita yang menggunakan kata "terbongkar". Mungkin kata lain dapat digunakan "terkuak, terlacak, terbuka, dan ter-ter yang lain".

Mengejutkan tentu bagi yang belum pernah lewat puncak pada malam hari, ketika sejumlah orang berdiri di pinggir jalan. Mereka menawarkan vila kapada para pemotor maupun pemobil yang lewat.  

Sebelum ada jalan tol Purbalenyi  (Purwakarta-Bandung-Cilenyi), perjalanan Bandung -- Jakarta, dan sebaliknya, hanya dapat dilakukan melalui Puncak. Beberapa saat kemudian dapat juga lewat Jonggol. Beberapa kawasan di sana menjadi jalur macet, karena pasar tumpah dan berbagai keramaian lain.

Sosial-Ekonomi,  Pekerjaan

Setelah sekian lama suatu kegiatan berlangsung, maka pastilah ada aktivitas ekonomi ikutannya. Ketergantungan sedikit-banyak ada. Dari mulai warung dan restoran, toko kelontong, pedagang asongan, tukang gunting rambut, penjual pulsa, hingga tukang parkir, dan berbagai tenaga kerja lain mengandalkan ekonomi dari sana.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun