Mas Burman juga tidak mau berkomentar apapun. Hanya sebuah tanya masih mengganjal di hatinya. "Tapi ngomong-ngomong, selama ini kamu sering mimpi apa kok bisa seberuntung itu?" tanya Mas Burman dengan serius.
"Mimpi? Tidak. . . ., aku tidak perlu menceritakannya padamu. Malu. . . . !"
"Malu? Hanya soal mimpi, malu?"
Beberapa saat Udin Akuarium terdiam. Lalu tertawa. Ragu-ragu mau cerita atau tidak. Mpok Romilah sudah mengajak pulang. Ia tidak boleh lama-lama meninggalkan toko.
"Aku sering bermimpi tenggelam di dalam akuarium, lalu berubah menjadi ikan, dan ikan itu diterkam kucing, lalu si kucing lari kencang sekali. . . . , sampai aku terbangun saat adzan subuh terdengar dari masjid Al Muhtadin.. . . . !"
"Jadi malunya di mana?"
"Begitu bangun aku sering salah sebut nama isteriku. Dengan itu aku diusir untuk pergi ke rumah isteri yang lain. . . . !" ucap Udin Akurium dengan perasaan geli. "Tolong jangan cerita ke siapa-siapa, ya? Tolong. Ini rahasiaku. Mudah-mudah isteriku yang keempat ini tidak pernah mengusirku. Aku akan menyiasatinya dengan memanggil "sayang" saja. Semua isteri dengan panggilan "sayang". . . . .!"
Mpok Romilah yang dari tadi terdiam sudah tidak sabar untuk ikut bicara. Tapi suaminya sudah wanti-wanti, syarat jadi isteri Udin tidak boleh lagi jadi biang gosip. Boleh bicara banyak tapi tentang akuarium dan berbagai perlengkapannya saja. Boleh juga tentang ikan hias dan aneka pakannya. Selebihnya tidak boleh.
Udin Akuarium pamit setelah tiga kali mendapat cubitan keras. Mas Burman juga akan segera menutup bengkelnya. Tiga orang pekerja sudah menunggu hendak pamit pulang.
Ketika Udin dan Mpok Romilah menjauh di atas sepeda motor mereka, tiba-tiba Mas Burman punya ide bagus. Ide terkait pengembangan usaha bengkelnya.
"Ya, mengapa tidak. Perjalanan hidup Udin bagu menjadi ditiru. Ia akan menambah montir perempuan, dipilih yang cantik. Dipilih yang terampil dan suka kerja keras. Pasti jumlah pelanggan bertambah. Syukur-syukur ada satu diantara pekerja bengkel yang mau diperisterinya. Maka membuka cabang baru bukan tidak mungkin, itu berarti tambah isteri.. . . . . . ah ah ah!" gumam Mas Burman mencandai dirinya sendiri.