Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pemulung dan Segayung Air Keran (Dua)

14 Januari 2020   09:50 Diperbarui: 14 Januari 2020   22:04 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
segayung air kran (umma.id)

Pak Hamid tertawa puas. Namun tiba-tiba ia ingat sesuatu. "Tunggu sebentar. Biar kulihat kamu lebih jelas.. . . ."

"Ada apa, Pak?"

"Oh, begini. Dulu aku pernah bekerja pada seorang bos pengusaha sepatu. Ia punya isteri muda yang kabur, isteri tua mengusirnya.. . .!"

"Kalau itu cerita sedih, Pak, saya sudah punya banyak. tidak perlu ditambah-tambahi lagi. Nah,  izinkan saya meneruskan langkah saya, Pak!"

"Tunggu sebentar. Dengarkan. Isteri muda bos pengusaha itu membawa anak perempuan si Bos yang berumur dua tahun. Anak dari isteri tua. Bocah perempuan itu mirip boneka, wajah bulat, rambut keriting, badan kurus, dan kulit putih. Kubayangkan bila ia tumbuh dewasa wajahnya bakal mirip sekali dengan kamu!"

"Saya hanya pemulung. Hidup di jalanan. Mana ada kemiripan dengan anak Bos. . .!"

"Aku ingat betul, meski hampir dua puluh tahun peristiwa itu telah berlalu. Waktu itu aku bekerja sebagai sopir pribadi keluarga bos . . . .!" (Bersambung)

Gambar

Simak bacaan sebelumnya:

cerpen-pemulung-dan-segayung-air-kran

alhamdulillah-ternyata-mall-masih-tutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun