Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengabadikan Kenangan, Saling Menggambar, dan Menulislah

13 Januari 2020   22:44 Diperbarui: 13 Januari 2020   22:54 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hohenzollern Bridge, Cologne, Jerman

Sejak kenal dengan Pak TS (pertengahan 2016) saya terpacu membuat 2 buku fiksi secara indie, dan sekitar 15 buku keroyokan. Hal itu merupakan sesuatu yang tak terbayangkan sebelum saya menulis di medsos, khususnya di Komasiana, dan kemduian akrab dengan Pak TS. Buku menjadi salah satu bentuk kenangan pribadi yang (insya Allah) abadi.

*

Pengalaman di atas membuat saya berpikir: mengapa kita (para penulis khususnya) tidak membuat biografi singkat keluarga sendiri, teman-teman, kenalan dan tetangga? Singkat-singkat saja, pendek, langsung pada ini persoalan serta hal-hal penting yang ingin "disyiarkan".

Mungkin tentang kejujuran, hidup hemat dan sederhana, sembuh dari suatu penyakit, bertahan sebagai pedagang asongan, pilih "resign" daripada koruptif, dan banyak lagi hal-hal kecil di sekitar kita yang besar kemungkinan belum terungkap media mainstream. Sementara itu ruang-waktu pada media sosial masih terlalu luas untuk disisipi biografi siapapun asal mampu menyajikannya dengan baik.

Bila mereka (termasuk saya dan Anda) berpulang suatu ketika nanti, ada kenangan yang secara khusus sudah dibuat, dicatat, lengkap, tulisan dan foto-foto, serta terdokumentasikan dengan memadai.

*

Terkait dengan tulis-menulis dan esensinya, Pak TS beberapa kali menyitir  ungkapan seorang pengarang terkenal, Pramoedya Ananta Toer. Saat itu ada tugas wawancara dengan Pak Pram di rumahnya, di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur.  "Karena kita ini bukan siapa-siapa, maka menulislah, agar tak dilupakan zaman."   

Ya, menulislah, agar abadi. Menjadi kenangan abadi. *** 

Cibaduyut-Sekemirung, 9 - 13 Januari 2020

Gambar

Bacaan sebelumnya:
sosok-jeihan-ambang-waras-dan-sepintas-perjumpaan
menulis-dan-membukukan-kenangan-untuk-pak-ts
cerpen-pemulung-dan-segayung-air-kran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun