Mereka yag rugi besar kiranya memerlukan uluran tangan untuk dapat bangkit dan kembali  menjalankan usaha mereka sebagaimana harfi-hari sebelumnya. Hal lain, andai saja dana sebesar itu ada sejak dulu, dan digunakan untuk upaya antisipasi maupun penanggulangan banjir Jakarta dan sekitarnya, pasti kerugian dapat ditekan, dikurangi, diminimalkan.
*
Semua sudah terjadi, apa mau dikata? Nasi sudah menjadi bubur. Kini yang harus dilakukan tentu gerak cepat melakukan hal-hal prioritas agar bila hujan turun dengan lebat dan gelontoran bajir dari hulu serupa dengan musibah tanggal 1 Januari lalu kembali terjadi, dapat diminimalisir jumlah maupun luasan daerah banjir serta kerugian yang ditimbulkan.
Puncak musim penghujan belum terjadi. Masih minggu-miggu depan. Artinya, bila tidak ada tindakan cepat dan darurat untuk antisipasi, maka kita tak ubahnya seekor keledai yang terperosok di lubang yang sama. Kita? Ya, siapapun. Terutama para pemangku kepentingan, pemerintah pusat dan daerah, dan pihak-pihak terkait, untuk bekerja keras dan cerdas melakukan antisipasi dan penanggulangan banjir di Jabodetabek.
Jika secara optimal ikhtiar sudah dilakukan, selebihnya tinggal doa dan tawakal. Apapun musibah dan taskiroh yang terjadi (bukan azab), pasti ada hikmah di balik itu. Mudah-mudahan musibah banjir raya yang fenomenal dan viral pada tanggal 1 Januari lalu tak terulang lagi. Saat itu ungkapan syukur Alhamdulillah sangat pas diucapkan. *** 12 Januari 2020
Sumber:
pengusaha-taksir-total-kerugian-akibat-banjir-capai-rp-1-triliun
anies-sebut-banjir-jakarta-tak-bikin-mal-tutup-faktanya-2-mal-belum-buka.
bukan-ganti-rugi-ini-yang-diminta-pengusaha-mal-ke-anies
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H