Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Nama Beken di Awal Tahun

11 Januari 2020   07:18 Diperbarui: 11 Januari 2020   09:34 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.law-justice.co/

Tiap hari ada saja nama-nama yang menghiasi media. Mereka menjadi beken seketika. Foto dan videonya menyebar luas. Nama dan peristiwanya dibicarakan dan diulas orang di mana-mana.

Pada awal Januari tahun 2020 ini saja setidaknya 3 nama mencuat yang membawa sisi miris dan prihatin dengan kadar yang berbeda-beda.

*

Awal tahun, tepat tanggal satu, ibukota negara dan beberapa daerah penyangga di sekitarnya yaitu  Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menyumbang cerita basah-basahan, tepatnya banjir besar.  

Kalau selama ini biang kerok banjir ditudingkan ke kawasan Bogor, kali ini curah hujan tinggi menjadi alasan. Adalah Gubernur DKI Jakarta sebagai pemangku hajatan banjir -dengan segala kengerian dan kesedihannya- tidak mau menuding siapa-siapa pada awalnya. Belakangan ada juga tudingan ke pihak lain.

Sementara itu sejumlah pihak menyatakan, seharusnya Pak Gub menuding diri sendiri saja. Minimal mengakui, dan bukan malah mengelak dan terus berdalih.

Khusus banjir di ibukota itu sendiri marak diberitakan media cetak dan elektronik (radio dan televisi), maupun media sosial. Breaking News saat itu dilakukan media elektronik sepanjang hari.

Seminggu pemberitaan mengenai banjir merajalela, meluas kemana-mana. Ada pula yang menyerempet ke hal-hal politis. Padahal topiknya hanya mengenai banjir dan bagaimana antisipasi sebelumnya serta penanganan sesudahnya. Itu saja. Sederhana. 

Sangat bagus bila hal-hal itu menyertakan sinergitas Pemerintah Pusat dengan daerah, Pemerintah dengan swasta, petugas kawasan hulu dengan hilir, serta semua pihak terkait, termasuk keseluruhan warga masyarakat.

Miris karena korban banjir raya begitu banyak dan kerugian sangat besar. Belakangan ada usaha sejumlah korban banjir untuk melakukan class action. Mempihatinkan, karena kepala daerah yang bersangkutan agaknya justru lebih antusias tampil untuk urusan pasca banjir. Antisipasi sebelum banjir seperti dilupakan, tidak peduli, dan kurang perhatian.

*

Nama beken kedua awal januari ini siapa lagi kalau bukan Reynhard Sinaga. Lelaki muda kelahiran Jambi itu, datang ke kota Manchester Inggris, pada 2007, sebagai mahasiswa. Di sana ia mendapatkan dua gelar master, kemudian meneruskan ke jenjang doktoral di Leeds dengan disertasi seputar kehidupan seorang gay (homo seksual).

Tahun 2017 ia ditangkap setelah seorang korban siuman dari pingsan dan mendapati pelaku sedang berusaha merudapaksanya. Dengan penuh kemarahan korban menghajar Reynhard hingga pingsan. Polisi mengungkap kejahatan seksual itu dalam rentang waktu 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017 (saat ditangkap).

Penampilan, senyum, dan latar belakang kehidupannya menjadi semacam topeng atas perilakunya yang kotor, jahat, kejam, dan bahkan sadis luar biasa itu.

Reynhard seorang gay, dan mendapatkan cara pelampiasan penyimpangan orientasi seksualnya itu bukan dengan cara biasa, melainkan dengan merudapaksa korban (yang dalam kondisi tidak sadar). Minuman beralkohol yang dioplos dengan campuran kimia tertentu digunakan pelaku untuk melupuhkan korban-korbannya. Bejadnya lagi, semua aksi itu diabakan menggunakan ponselnya.

Polisi setempat segera menemukan barang bukti di dalam ponsel itu. Melalui proses peradilan panjang, sekitar 2 setengah tahun, pada 6 Januari 2020 lalu Reynhard Sinaga divonis hukuman seumur hidup.

Miris. Ia melakukan itu dengan penuh kesadaran, dan ternyata ia tidak mengidap suatu kelainan apapun.

Memprihatinkan, dengan kelakuan itu menambah panjang daftar pelaku predator seksual di negeri ini . Beberapa tahun lalu kita dihebohkan oleh kekjaman pembunuh beanai bernama Ryan (lengkapnya Very Idham Henyansyah) asal Jombang. Ia membunuh 10 lelaki sesama gay, dan seorang perempuan yang diduga pacarnya.  

Pembelajaran terbaik dari kasus Reynhard Sinaga salah satunya mengenai sistem peradilan maupun liputan media yang rapi dan tidak memberi celah kepada siapapun untuk melebarkan permasalahan kemana-mana.

Dua setengah tahun peristiwa itu ditangani pihak keamanan/peradilan di  Manchester dan tidak terendus media (setidaknya media mematuhi aturan untuk tidak memberitakannya). Setelah vonis dijatuhkan barulah peristiwa itu diberitakan. Lengkap, akurat, dan pasti. Kapan sistem peradilan dan pemberitaan negeri ini bisa meniru hal-hal baik seperti itu?

*

Terakhir, satu nama lagi yang viral dan fenomenal, yaitu Wahyu Setiawan, seorang komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat.

Ia terkena OTT  pada Rabu (8/1/2020) karena kasus suap dengan seorang anggota PDI-P. Setelah melalui pemeriksaan intensif dan proses gelar perkara, Wahyu ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terkait penetapan anggota DPR terpilih periode 2019-2024.

KPK menetapkan 4 orang tersangka. Sebagai penerima, Wahyu Setiawan. Tiga tersangka lain yaitu mantan anggota Bawaslu Agustiani Tio Fridelina, caleg PDI-P Harun Masuki, dan seorang pihak swasta bernama Saeful.

Wahyu Setiawan diduga menerima suap Rp 600 juta untuk memuluskan masuknya Harun Masuki ke DPR menggantikan Riezky Aprilia lewat mekanisme pergantian antarwaktu (PAW).

Miris. Tertangkapnya Wahyu oleh KPK menjatuhkan citra KPU. KPU (Pusat dan Daerah) sebagai pelaksanaan kegiatan berdemokrasi dituntut tidak mencederai nilai-nilai demokasi itu sendiri. Namun, ibarat pagar makan tanaman, itulah yang terjadi. Apakah hal yang sama tidak terjadi pula pada KPU-KPU di daerah?

Memprihatkan, ternyata praktik koruptif masih merajalela dan dilakukan oleh siapa saja. Usaha pemberantasan korupsi salama ini seperti tak terasa hasilnya? Lalu bagaimana penanggulangan terbaik ke depan? Hukuman apa yang membuat orang tidak berani lagi melakukan korupsi?

*

Tentu masih ada nama-nama lain yang bikin miris dan memprihatikan. Mereka pun dimediakan, dan bikin miris serta memprihatinkan. Tapi tiga nama di atas kiranya yang paling fenomenal untuk dijadikan ibroh.

Itu saja, merenungi hal di atas maka kewaspadaan dan kehati-hatian warga bangsa perlu terus ditingkatkan. Banjir, predator seksual, dan perilaku koruptif -beberapa saja dari begitu banyak, rumit, dan tumpang-tindih  permasalahan yang ada- harus diwaspadai, ditangani dengan baik, dan diantisipasi ke depannya agar tidak terulang lagi. *** 11/1/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun