Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Untuk kamu, siapa saja yang lupa. Â Aku ingin mengingatkan sebelum semuanya terjadi, dan menjadi hal sulit untuk dikembalikan pada keadaan semula. Namun, semuanya sudah terjadi.
Yang pertama, untuk seseorang yang berusaha mencederai diri sendiri. Â Bahkan kemungkinan berusaha untuk bunuh diri. Membunuh diri sendiri, dengan cara yang sangat menakutkan.
Berita di koran menulis: Sebuah ledakan mengguncang pos polisi Kartasura, Sukoharjo, (03/06/2019) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Ledakan diduga berasal dari bom bunuh diri.
Sejumlah gambar foto dan video memperlihatkan tubuh yang tergeletak di dekat pos polisi Kartasura. Gambar memperlihatkan tubuh yang diduga pelaku bom bunuh diri itu berlumur darah.
Kebencian macam apakah yang telah merasuki hatinya, Nak? Benci pada diri sendiri? Putus-asa, sakit hati, dirundung rasa marah, atau apa? Atau sekadar lupa? Lupa diri? Sejauh ini tidak ada penjelasan atas tindakan nekat itu.
Lebih lanjut diberitakan: Dari keterangan saksi Deni Kristianto tidak ada korban dan kerusakan berarti yang ditimbulkan dari ledakan ini. Diperkirakan saat terjadi ledakan, tidak ada polisi yang berjaga di pos polisi tersebut.
Saat ini, seorang diduga pelaku bom bunuh diri itu sudah dibawa ke tim medis. Kondisi lalu lintas di sekitar ledakan itu juga masih terlihat ramai. Banyak warga ingin melihat lokasi kejadian ledakan itu. krjogja.com
Banyak cara orang untuk hidup, dan bersamaan dengan itu banyak pula cara orang ketika memilih mati. Hidup dengan semena-mena, seenak diri sendiri, dan tidak menenggang terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku sebenarnya tak lebih dari bunuh diri juga.
Banyak orang tidak sengaja, tidak peduli, atau pura-pura tidak tahu, bahwa itulah cara bunuh diri yang membuat 'terenyuh', terharu, menyentuh hati, dan membuat rasa iba. Padahal si pelaku kemungkinan memang dengan arogan, rasa bangga, kesombongan ketika melakukannya.
Lepas dari kemungkinan usaha untuk melukai dan mengorbankan orang lain, pelaku peledakkan di Kartasura itu tak lain seorang pengecut. Ia pasti orang yang takut pada kehidupan, dan ingin meninggalkannya. Tapi bisa juga orang yang ingin melukai oang lain, tetapi tidak mau bertanggungjawab atas sanksi hukum yang ada bila benar ada orang lain yang meninggal karena ledakan yang dibuatnya.
Itu contoh buruk yang pasnts untuk dikutuk. Tapi tak mungkin kulakukan, karena itu cara Allah untuk menunjukkan bahwa kekejian sering terjadi bukan dari orang lain, tetapi dari diri sendiri.
*
Kekejian kedua diperlihatkan oleh para penyebar hoaks, alias berita bohong. Mereka sama dengan para pelaku bom bunuh diri, merasa tidak peduli, tidak bersalah, dan masa bodoh.
Apakah ini peristiwa lupa yang lain? Lupa diri, setengah mabuk, atau jangan-jangan memang menjadi kurang waras? Para penyebar hoaks merupakan orang-orang yang sadar betul bahwa berita yang disebarkannya palsu, bohong dan racun. Tapi dengan sengaja menyearluaskannya agar orang lain sakit, mabuk seperti dirinya, bahkan mati --seperti si pelaku bom bunuh diri-.
Berita media menyebutkan: Polisi menangkap pria bernama Fitriadin, diduga sebagai pelaku penyebaran hoaks penyerangan Masjid di Petamburan, Jakarta Barat.
Penyidik Sub Direktorat Dua unit III Dittipidsiber Bareskrim menangkap Fitriadin pada Kamis (30/05/2019) sekitar jam 12.30 Wib di pintu tol keluar di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
"Dari hasil interogasi sementara, pelaku memposting foto masjid tersebut bukanlah foto masjid yang ada di Indonesia melainkan foto masjid yang ada di negara Sri Langka," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo.
Luar biasa bejat kelakukan Fitriadin, gara-gara menjadi pendukung salah satu paslon presiden dan wakil presiden. Dia emosi terhadap rusuh pada sejumlayh kawsan di Jakarta tanggal 21-22 Mei lalu.
Dipastikan ia terprovokasi oleh berita-berita yang sudsah diputar-balikkan sedemikian srupa, sehingga bahkan para perusuh mendapatkan simpati, sedangkan par penjaga keamanan --TNI dan Polri- dihujat sebagai penyebab banyaknya korban tewas dan luka-luka.
Selengkapnya media menulit: Fitriadin menyebarkan video tersebut melalui akun Facebook Adi Bima yang dikelolanya. Menurutnya, tindak pidana yang dilakukan tersangka adalah menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan SARA. krjogja.com
*
Para penyebar hoaks boleh jadi merupakan korban dari para politikus haus kekuasaan yang dengan semena-mena melontarkan aneka ucapan yang bernuansa kebencian, ajakan menentang pemerintah yang sah dengan berbagai narasi dan argumentasi yang mengada-ada.
Para public figure dan politisi tengik itu tak bertanggungjawab ketika anarki dan rusuh akhirnya benar-benar terjadi. Sebutlah beberapa nama yang rajin muncul di pemberitaan, rajin membuat pernyataan nyinyir dan heboh di media sosial, yang gila popularitas sehingga diviralkan orang. Â Â
Mungkiin saja mereka selamat dari jerat hukum, dan bahkan para penyebar danpembuat reposting yang ditangkap polisi karena beberapa hal sebagai alasan yang tidak dapat dipungkiri.
Ini nasihat buatmu, Nak. Lupa bukan alasan yang menjadikan hukum tak berfungsi. Lupa, atau 'khilaf' menurut bahsasa si pecundang, adalah cara lain dari para  pembohong hendak mengingkari kenyataan yang sebenarnya.
*
Ada lagi peristiwa bohong yang menyebabkan seorang anggota TNi luka-luka. Pelakunya tak lain para pemabuk, tapi pura-pura mabuk, dan entah dengan alasan apa mencederai orang yang mereka incar.
Ini peristiwa lupa yang ketiga yang ingin kuingatkan.
Sebuah berita berisi: seorang prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 406 Candra Kusuma (CK) dianiaya sekelompok pemuda di dekat asrama kawasan Umbulharjo Yogyakarta, Minggu (02/06/2019). Anggota TNI AD bernama Bernat Murnan berpangkat Prajurit Satu (Pratu) itu dikeroyok di suatu gang buntu sehingga ia tak dapat menyelamatkan diri.Â
Akibat penganiayaan itu Pratu Bernat Murnan menderita luka sobek pada kepala hingga harus mendapatkan sembilan jahitan.
Bulan suci Ramadan ternyat tidak menyurutkan si pemabuk untuk menerukan perilaku buruk mereka. Mereka tidak hanya mencelakai diri sendiri denganminuman keras, tetapi bahkan denga perilaku beringat\snya mencelakai orang lain. Tak peduli siapa yang mereka celakai. krjogja.com
*
Ini hari terakhir Ramadan. Suara takbir, tahmid, dan tahlil menggema darai speaker masjid-masjid.besok pagi setiap muslim meerayakan Idul Fitri, hari kemenangan, hari untukmembali menjadi fitri atau suci. Akankah lupa terus-menerus menyandera hidup kalian,Nak?
Sadarlah, Nak. Hidup tidak mungkin diselesaikan dengan bunuh diri, menyebar hoaks, apalagi dengan mabuk. Kembalilah ke jalan kebenaran bila mungkin. Sebelum semuanya terlambat, dan menjadi sebuah penyesalan abadi di dunia hingga akhirat.
Itu saja. Terima kasih bila kamu mau mendengar nasihat ini. Wassalam. *** 4 Juni 2019 / 30 Ramadan 1440 H.
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H