Para penyebar hoaks boleh jadi merupakan korban dari para politikus haus kekuasaan yang dengan semena-mena melontarkan aneka ucapan yang bernuansa kebencian, ajakan menentang pemerintah yang sah dengan berbagai narasi dan argumentasi yang mengada-ada.
Para public figure dan politisi tengik itu tak bertanggungjawab ketika anarki dan rusuh akhirnya benar-benar terjadi. Sebutlah beberapa nama yang rajin muncul di pemberitaan, rajin membuat pernyataan nyinyir dan heboh di media sosial, yang gila popularitas sehingga diviralkan orang. Â Â
Mungkiin saja mereka selamat dari jerat hukum, dan bahkan para penyebar danpembuat reposting yang ditangkap polisi karena beberapa hal sebagai alasan yang tidak dapat dipungkiri.
Ini nasihat buatmu, Nak. Lupa bukan alasan yang menjadikan hukum tak berfungsi. Lupa, atau 'khilaf' menurut bahsasa si pecundang, adalah cara lain dari para  pembohong hendak mengingkari kenyataan yang sebenarnya.
*
Ada lagi peristiwa bohong yang menyebabkan seorang anggota TNi luka-luka. Pelakunya tak lain para pemabuk, tapi pura-pura mabuk, dan entah dengan alasan apa mencederai orang yang mereka incar.
Ini peristiwa lupa yang ketiga yang ingin kuingatkan.
Sebuah berita berisi: seorang prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 406 Candra Kusuma (CK) dianiaya sekelompok pemuda di dekat asrama kawasan Umbulharjo Yogyakarta, Minggu (02/06/2019). Anggota TNI AD bernama Bernat Murnan berpangkat Prajurit Satu (Pratu) itu dikeroyok di suatu gang buntu sehingga ia tak dapat menyelamatkan diri.Â
Akibat penganiayaan itu Pratu Bernat Murnan menderita luka sobek pada kepala hingga harus mendapatkan sembilan jahitan.
Bulan suci Ramadan ternyat tidak menyurutkan si pemabuk untuk menerukan perilaku buruk mereka. Mereka tidak hanya mencelakai diri sendiri denganminuman keras, tetapi bahkan denga perilaku beringat\snya mencelakai orang lain. Tak peduli siapa yang mereka celakai. krjogja.com
*