Tanpa harus datang ke majelis Taklim setiap muslim-muslimah di tanah air dapat mengikuti berbagai pengajian. Banyak pilihan yang dapat dilakukan terutama dari layar televisi. Dari tengah malam kembali ke tengah malam, ada saja sajian pengajian dengan berbagai bentuknya. Yang terbanyak tentu berbentuk ceramah, kemudian yang kedua talkshow, dan yang ketiga aneka bentuk syiar, baik berupa hiburan, variety show, maupun lomba-lomba bernafaskan keislaman.
Begitu banyak pilihan sehingga untuk menentukan mana yang lebih tokoh dibanding yang lain sangat tidak mudah. Tiap Ustadz mempunya kelebihan dan kekuangan masing-masing, dank arena itu juga mempunya jamaah yang erbeda.
Untuk tidak menyebut hanya satu nama, dan terlebih guna mengenalkan pilihan yang berbeda, penulis akan menokohkan tiga nama sekaligus. Mungkin ada satu diantaranya yang pembaca satu pemikiran dengan penulis. Tapi kalaupun berbeda sama sekali, ya itulah memang pentingnya berinteraksi di media sosial, tanpa harus saling mengklaim siapa yang lebih baik (dalam arti) dibandingkan yang lain.
Tiga nama yang hendak saya ketengahkan di sini, yaitu Ustadz Dhanu, KH Anwar Zahid, dan  KH. Ahmad Lutfi Fathullah. Â
*
Penulis akan mulai membahas mengenai Ustadz Dhanu. Nama ini terasa special, khususnya bagi mereka yang merasakan memiliki/mengidap penyakit, baik yang diyakini sebagai persoalan medis, maupun penyakit yang disebabkan oleh hal-hal non medis.
Beberapa bulan terakhir ini, setelah muncul sebagai narasumber pada acara Siraman Rohani pada MNC TV setiap pagi, mulai pukul 05.30 WIB.
Kekhususan Ustad Dhanu pada majelis taklimnya yaitu pada pengobatan dengan doa yang sebagian berbahasa Indonesia. Ustad Dhanu,kelahiran Pati tahun 1964, dengan nama lengkap yakni Ir. Djoko Ismanu Herlambang. Ia selama bertahun-tahun  mempelajari dan memperdalam, serta mempraktikkan isi Al-Qur'an dan juga Assunah.
Kerena kekhususannya itu acara Siraman Qolbu memilih banyak pemirsa dari seluruh pelosok anah air.
Meski bergelar sarjana teknik, sipil. Ustadz Dhanu dengan seizin Allah  menemukan hubungan yang erat antara suatu penyakit dengan akhlak seseorang. Sikap, pikiran, dan gaya hidup mendorong seseorang (sadar atau tidak sadar) pada satu penyakit tertentu.
Perilaku sering marah-marah, mudah tersinggung, menyimpan dendam, justru  membawa penyakit pada diri kita sendiri. Ketika seorang isteri marah kepada suami (apapun alasannya) sampai berlarut-larut, mungkin dipendam atau didiamkan, atau sebaliknya dicereweti) penyakit datang. Maka si isteri harus minta maaf dengan sungguh-sungguh kepada suami. Persoalan si suami benar-benar punya salah (selingkuh, egois, ingkar janji), maka itu urusannya dengan Tuhan. Isteri hanya boleh menasihat, kemudian mendoakan.
Kemudian Ustad Dhanu mendoakan kepada si pasien, untuk di-amin-kan. Belakangan Ustad Dhanu mengajari pasien doanya agar ditirukan, dan diulang-ulang setelah sampai rumah. Dengan itu banyak pasien yang bekuang penyakitnya, atau bahkan sembuh.
Ustd Dhanu juga bersedia menjadi perantara doa penyembuhan kepada pasien yang terkena penyakit kiriman dari dukun. Bahkan diingatkannya. Oang yang punya penyakit lalu datang ke dukun, maka penyakitnya bukannya sembuh tetapi malah bertambah-tambah. Banyak sekali pasien yang datang dengan berbagai cerita latar-belakang sakit. Pengobatannya antara lain dengan minta maaf, tidak lagi mendatangi dukun, tidak mengunakan penglahir, tidak meminta pengobatan dengan air minum yang sudah dibacai doa/manter, dan sesudahnya harus banyak lakukan amal-ibadah.
Bila orang sakit, apalagi sakit keras, maka pengobatan ke mana pun akan didatangi/dijalani. Tetapi seringkali yang didatangi meski berpakaian ala Ustadz dan bahkan dengan doa-doa berbahasa Arab, ternyata praktiknya terkait dengan jin. https://www.biografiku.com/biografi-ustadz-danu-ini-dia-profil-dan-fakta-menarik-tentangnya/
*
Jamaah yang merasa senang mendengar ceramah kyai kelahiran Bojonegoro tahun 1974 ini merekam ceramah lalu menyebarkannya melalui media sosial. Dengan itu nama dan popularitas KH Anwar Zahid terus melambung.
Ciri khas ceramahnya menggunakan bahwa rakyat, bercampur dengan Bahasa Jawa, penuh dengan penggambaran kisah sehari-hari disertai humor, satire, dan bahkan dengan gaya ledek-ledekan dengan penonton.
Saat berceramah, ribuan orang hadir. Diberitakan media, belasan ribu warga dari berbagai penjuru menghadiri pengajian umum KH Anwar Zahid, Kamis (23/5) malam. Pengajian dalam rangka Nuzulul Quran tersebut diselenggarakan oleh Polres Banjarnegara bekerja sama dengan Panitia Pengajian Umum (PPU) Banjarnegara. suaramerdeka.news
*
Pria kelahiran Jakarta Selatan Inl masih keturunan ulama Betawi terkemuka, yakni Guru Mughni Kuningan, sehingga gaya tuturnya pun sarat dengan dialek Betawi. pkh.or.id
*
Itu saja gambaran yang dapat penulis berikan. Tiap ustad punya jamaahnya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan, rasa nyaman, dan terutama kesamaan pemikiran mengenai bagaimana seharusnya cara 'guru menghadapi murid' dan sebaliknya 'murid mengharapkan gurunya'.
Pilihan memang sangat bergantung pada banyak hal, salah satu perasaan suka dan cocok, perasaan yang bisa tiba-tiba datang mski tanpa disertai argumentasi apapun.
Itulah rupanya tiga tokoh agama pilihan penulis. Mungkin ada pembaca yang sepemikiran dengan saya? *** 27 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H