Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Usaha Ramadan, Fintech, dan Berbagi Pengalaman

20 Mei 2019   00:27 Diperbarui: 20 Mei 2019   00:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama memperkenalkan pada setiap orang berjuang, memperjuangkan cita-cita dan masa depan yang baik. Persoalan muncul ketika seseorang melihat dari sisi duniawi saja, mengabaikan hal lain.

Mungkin banyak orang baru tersadar ketika Ramadan tiba. Pada satu sisi ada keinginan besar untuk memanfaatkan bulan suci Ramadan untuk banyak-banyak beribadah dan melakukan amaliah maupun sedekah. Bersamaan dengan itu terbuka pikiran ternyata  kesempatan berbisnis terbuka sangat lebar.

Secara ekonomi Ramadan menjadi seperti gula yang menarik banyak semut untuk mendekat. Hal itu mudah di lihat di depan deretan pertokoan dekat kompleks perumahan, di pasar kaget/dadakan, serta di tempat terbuka lain yang seperti disulap menjadi arena dagang. Tentu saja itu di luar tempat-tempat perdagangan yang ada sebelumnya (pasar tradisional, super market, mall, dan pusat-pusat pertokoan).

Nah, sekarang bagaimana mendapatkan solusi pada satu sisi memulai sutau kegiatan usaha, dan pada sisi lain tidak meninggalkan amal-ibadah selama bulan Ramdan. Itu tantangan yang tidak ringan.

Mari kita lihat beberapa kontradiksi dan tantangan mereka yang berusaha khusu pada bulan Ramdan.

*

Usaha aneka makanan khas Ramadan menjadi pilihan banyak orang. Berjualan takjil/hidangan berbuka, minuman manis, dan kolak paling mudah dilakukan, paling laku dan banyak pembeli sehingga terjadi persaingan sangat ketat.

Pembeli hafal beberapa hal, sehingga pemjual tidak bisa seenakkan memproduksi makanannya, dan bahkan tidak bisa mencari keuntungan di luar yang seharusnya.

Untuk makanan yang menggunakan gula, pembeli akan sangat sensitive memilih yangmenggunakan gula asli, bukan gula buatan ataupemanis buatan. Rasanya beda, pengaruh ke tenggorokan juga beda. Bagi yang sensitif bisa langsung batuk-batuk dibuatnya. Demikian pun dalam pemilihan pewarna, haruslahpewarna makanan. Dan yang paling menentukan yaitu kualitas bahan.

Berjualan makanan harus sangat menghormati pembeli. Seorang tukang buah dan rujak mengatakan kalau dagangan sedang tidak laku (karena pengaruh cuaca, atau buah-buahan di pasar kurang bagus) maka sorenya langsung ia bagi-bagikan ke tetangga dan saudara. Begitu pula cerita seorang pedagang bakso, dari sejak berdagang di pikul hingga kemudian memiliki beberapa warung, mengatakan: bakso yang tidak terjual habis hari itu (lualitas masih baik) langsung dibagi-bagikan kepda para tetangga.

Bahkan pernah penulis temukan seorang pedagang roti, yang kemudian memiliki produk dan merek yang cukup dikenal, pada awal memulai usaha di pinggir jalan dengan menjajakan 10 loyang kue panggang. Ketika yang terjual hanya 1 loyang maka 9 loyang yang lain mereka (suami-isteri) bagikan ke rumah yatim-piatu, dank e para tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun