Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tradisi Ramadan dan Kebhinnekaan Islam

9 Mei 2019   23:59 Diperbarui: 12 Mei 2019   22:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasang Lampu, Padusan

Di Gorontalo, ada tradisi Tumbilotohe. Yakni menyalakan lampu minyak, atau obor di depan rumah masing-masing. Tradisi ini, dikenal juga di Sulawesi Utara, terutama di daerah Bolaang Mongondow (Bolmong) Raya.

Masyarakat Bolmong menyebutnya "Monuntul" atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia kira-kira artinya "Memasang Obor." Malam pemasangan lampu atau obor ini biasanya dilakukan tiga hari terakhir di bulan ramadhan.  (

Lalu ada tradisi beramai-ramai turun ke sungai, danau, atau pantai, kemudian mandi bersama. Mereka bermaksud membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci.

Tradisi mandi bersama juga dilakukan di Jawa Tengah dengan nama padusan. Di Bolaang Mongodow ada tradisi mandi bersih. Di  Lampung dengan nama ngelop. Warga beramai-ramai ke laut pada sore hari menjelang masuknya Ramadhan. Sumber 3

Serupa nyadran di Jawa, ada tradisi Pungguan warga Kampung Jawa Tondano di Minahasa untuk menyambut bulan suci ramadhan. Tradisi ini digelar oleh masyarakat untuk mengenang para leluhur. Kampung Jawa Tondano sendiri didirikan oleh Kiai Modjo, panglima perang Pangeran Diponegoro yang diasingkan di Minahasa.  Sumber 4

*

Demikian beberapa saja dari gambaran aneka tradisi jelang dan pada saat Ramadan dari beberapa daerah di tanah air.

Sebelum media massa merambah luas sampai ke pelosok daerah maka aneka tradisi itu menjai penyebar khabar mengenai Ramadan. Kini pengumuman melalui media lebih efektif, tetapi agaknya tradisi masih tetap dilakukan.

Mengetahui dan memahami, disertai upaya menenggang dan bertoleransi, harus terus dipupuk. Mudah-mudahan kebhinnekaan Indonesia (termasuk kebhinnekaan Islam) makin mempererat jalinan persaudaraan antar warga bangsa, bukan justru menjadi pemecah-belah. *** 9 Mei 2019

Gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun