Mas Bejo mengangguk-angguk saja. Ia melambaikan tangan ketika Mbak Murwo melintas dengan mengendarai sepeda onthelnya. Keduanya bicara, Mbak Murwo tertawa, lalu melanjutkan menaiki sepedanya.
Seperti terjadi pada banyak kawasan lain, di kampung mereka pun terjadi adu spanduk dan baliho dukungan, terjadi adu komentar di sosmed, dan bahkan ada yang saling tantang untuk adu fisik karena perbedaan pilihan. Pak Edi Mur sebagai ketua RT harus pontang-pantang mengatasi beberapa persoalan itu. Â Beruntung saat pencoblosan keadaan sudah kembali tenang. Tidak terjadi keributan, dan pelaksaan pilpres itu pun lancar dan aman.
Tak lama Mbak Murwo datang dengan membawa termos, beberapa saset kopi dan teh, serta gelas. Dibawanya pula beberapa potong gorengan yang masih panas.
"Nih, kubawakan kesukaan bapak-bapak supaya main caturnya makin khusuk.. . .!" ucap Mbak Murwo sambil membuatkan empat gelas kopi. "Ini gratis. Hari ini hatiku sangat senang sebab hampir pasti bisa menjadi anggota legeslatif kabupaten. . . . . !"
Kang Murbani dan Wak Ja'far kali ini menyempatkan menengok ke arah Mbak Murwo dan tertawa bernada ejekan. Tapi hanya sekejap, setelah itu perhatian mereka kembali ke papan catur. Keduanya tahu Mbak Murwo paling suka bercanda.
*
Jelang sore --ketika lima game sudah berlalu- Wak Ja'far ingat kembali ucapan Kang Murbani tentang Jokowi. Sebentar lagi maghrib, jalanan ramai dengan orang-orang yang pulang dari aktivitas mereka sebagai pegawai, buruh, pedagang, dan aneka pekerjaan lain. Â
"Jadi kamu yakin Pakdhe Joko bakal kembali manggung?" tanya Wak Ja'far.
"Sejak awal aku dukung beliau. Jadi begitulah doa dan harapan selama ini. Pasti ini juga doa dan harapan puluhan juta pemilih Pakdhe. Angka quick count maupun real count saat ini makin memperkuat kenyataan itu. Kamu pilih siapa sebenarnya dalam pencoblosan kemarin?" desak Kang Murbani dengan nada curiga.
"Aku nyoblos Mas Prab. Aku kasihan, sudah tua, kalah terus, dan tampak terlalu memaksakan diri. . . . . hehehe. Tapi aku tidak berharap ia menang. Pakdhe memang jauh lebih pantas untuk menang."
"Lalu. . . .?"