Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Malam Ramadhan, Tantangan Kompasiana, dan Pencapaian

10 Juni 2018   21:07 Diperbarui: 10 Juni 2018   21:22 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menulis di laptop/penerbitdeepublish.com

*

Pada malam ganjil pertama dan kedua (malam 21 dan 23) saya tidak mampu optimal karena menulis hingga jelang tengah malam. Semalam saya menyselesaikan tulisan sekitar jam 22.30 WIb, dan setengah jam kemudian saya langsung ke masjid untuk ber-i'tikaf berbura lailatul qadar.

Saya bergabung dengan sekiar 30 remaja masjid (putera-puteri) yang sejak shalat tarawih sudah berada di masjid dengan bimbingan bebeberapa pengurus masjid. Mereka bergantian tidur, bertadarus, ngobrol mengenai agama, sedangkan anak lainnya mengambil makanan dan membuat minuman untuk menahan kantuk.

Saya membayangkan saat seumur mereka saya tinggal di kawasan Pecinan, dan jauh dari masjid. Jauh dalam pengertian fisik maupun minat/perhatian. Jangankan berlama-lama di dalam masjid, shalat berjamaah dan tarawih pun beberapa kali saya lakukan di rumah saja. Menyesal setelah umur tua sebab semua itu berakibat pada banyak hal, termasuk pada minimnya ilmu agama yang saya miliki. Maka pada sisa usia ini setiap waktu ingin saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya menggali ilmu dan amaliahnya, dengan semaksimal mungkin,     

Pada malam itu saya menyesali masa lalu --seperti malam-malam sebelumnya-, meneteskan air mata, dan memohon ampunanNya. Malam itu saya tidak tertidur sekejap pun. Sampai pulang ke rumah untuk makan sahur, dan kembali ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah dan mendenarkan tausiah.   

*

Bila tidak dipaksakan tak mungkin kita dapat begitu saja meluangkan waktu untuk menggali diri sendiri, berinstrospeksi, mengenang cerita kanak-kanak dan berbagai kisah silam lainnya yang telaha tertimbun lipatan waktu. Melalui program Satu Ramadan Bercerita (Samber) dan Tebar Hikmah Ramadan (THR) yang diselenggarakan Kompasiana pada Ramadan 1439 Hijriah ini, saya mengisi sebagian besar malam untuk aktivitas Ramadan serta menulis mengenai pengalaman dan diri saya sendiri.

Tentu saja setiap orang punya cerita mereka masing-masing.  kesempatan untuk saling bercerita kiranya menjadi ajang saling menasihati dan menginspirasi bila mungkin. Namun tanpa ada kesempatan dan kemauan khusus, tanpa momentum yang digelar, tak mungkin terwujud satu hari satu tulisan aneka tema yang ditulis baru dan orisinal (bukan mengembangkan/memplagiat tulisan orang lain) menjadi sangat berarti bagi saya (dan bagi yang lain peserta kegiatan ini).

Lepas dari kualitas tulisan dan jumlah pembacanya yang minim, saya merasa Ramadan kali ini saya telah membuat sebuah pencapaian yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu. Masih beberapa hari lagi untuk menggenapi 32 hari menulis, masih ada dua malam ganjil lagi untuk diburu, masih perlu perjuangan tak ringan menjelang finish. Demikian selintas aktivitas malam saya. Selain tulisan, mudah-mudahan lailatul qadar pada Ramadan ini pun dapat saya peroleh. Insya Allah. Aamiin. ***10/6/2018

Foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun