Kalau ke Solo jangan lupa kunjungi pasar Klewer. Di sana aneka pilihan tergelar dan menarik minat pengunjung. Pasar yang pernah terbakar itu kembali ditata dengan lebih nyaman, namun tetap saja bernuansa pasar tradisional.
Bila ke Bandung, pergi saja Pasar Baru. aneka produk dari berbagai kota lain tersedia lengkap di sana. Pedagang kain dan busana batik rupanya sudah terkoneksi dengan pengrajin dan produsen batik di seluruh pelosok tanah air.
Pasar tradisional -meski banyak yang sudah dipermodern- harus terus dipertahankan sebagai salah satu bentuk kegiatan ekonomi kerakyatan.
*
Setiap kali membeli kemeja bermoif batik saya selalu berpikir kenapa pakaian yang bernilai seni tinggi itu hanya dikenakan (oleh sedikit orang) pada shalat Iedul Fitri? Yang lebih sering bahkan untuk resepsi, hajatan, acara kantor, dan yang serupa itu. Pakaian dengan bahan batik (telebih batik tulis) relatif mahal harganya, keren penampilannya, dan penuh warna dan gaya. Mengapa tidak dikenakan ketika kita shalat? Kesannya kita lebih menghormati manusia daripada Sang Khalik, lebih hormat-takut-segan di hadapan manusia daripada di depan Allah.
Maka saya sangat terharu melihat muslim yang datang ke masjid dan shalat wajib maupun Shalat Jumat berjamaah dengan mengenakan kemeja batik (tanpa gambar mahluk hidup di dalamnya), daripada pakaian jenis lain. Bila dirasa masih sulit kita bisa mengenakannya secara berselang-seling. Tujuan lain agar pakaian itu lebih sering dipakai, daripada menunggu dikenanakan sekali-dua kali saja pada acara tertentu saja. Padahal sementara itu jumlah kemeja terus bertambah terus bertambah, dan menumpuk di lemari.
Satu hal lagi, mungkin ada yang belum mengetahui bahwa baju koko yang penuh variasi model dan motif bordir itu semula diadopsi oleh masyarakat Betawi dari  pakaian 'engkoh-engkoh' bernama 'tul-khim' dari perantauan China. Sementara pakaian panjang serupa gaun panjang yang disebut gamis atau jubah (dilengkapi dengan sorban, penutup kepala dari kain panjang yang dibebat di kepala) merupakan budaya Arab. Ada pula baju takwa yang dimodifikasi dari pakaian adat Jawa surjan, dan diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.
Budaya kita salah satunya ya kain batik dan sarung. Kebijakaan dinas/instansi mewajibkan pegawai/karyawan mengenakan kemeja/ atasan bermotif batik sedikit-banyak sangat mendukung upaya melestarikan batik. Itu berarti menghargai karya anak bangsa, melestarikan seni-budaya -dan kegiatan sosial-ekonomi di belakangnya- yang tak kalah adiluhung dibandingkan pakaian dari budaya bangsa lain yang selama ini unggul-unggulkan lebih Islami.
*
Wisata belanja sangat marak dan marema, dan tak pernah jauh-jauh dari suasana jelang Lebaran. Terlebih ketika amplop tunjangan hari raya sudah di tangan. makin mantap kita berjalan menyusuri spot demi spot. Ajak anak-isteri untuk berbelanja. Namun ingat, jangan dihabiskan sebelum membayar zakat fitrah dan zakat-infak-shadaqah.
Ibadah dan muamalah selama bulan Ramadan disempurnakan dengan membayar zakat fitrah, dan bukan dengan berpakaian baru, kue-kue dan hidangan Lebaran melimpah, dan melakukan silaturahim saja.