Menjadi masalah tentu bagi seorang penggulat (Mahavir) yang sangat menginginkan salah satunya anaknya laki-laki. Cita-cita menjadi juara duni gulat belum kesampaian. Dan ia sangat inin mendidik anak lelakinya kelak menjadi penggulat tangguh hingga menjadi juara dunia. Tapi harapansia sia-sia. Neski sudah dengan berbagai cara berusaha, hasilnya nihil.
Empat anaknya  perempuannya. Hingga suatu ketika anak terbesar terlibat perkelahian dan berhasil mengalahkan seorang anak lelaki tetangga. Maka terbetik ide bapak yang dundah itu untuk mengajari anak pertama dan kedua menjadi penggulat. Kerja keras, perjuangan tanpa kenal lelah, tangis dan tawa, serta aneka hambatan datang silih berganti untuk dipecahkan. Hasilnya? Inspiratif sekali. Kalau penasaran dengan cerita dan ending film India itu lihat saja filmnya. Judulnya Dangal (dibintangi Aamin Khan).
Dan begitulah, jam demi jam berlalu.
Sibuk dengan anak-mantu dan cucu, mempersiapkan makan berbuka, dan ditambah lagi dengan menonton pertandingan bulutangkis Thomas Cup antara Regu Indonesia melawan regu Korea Selatan, maka makin asyik saja hidup saya hari itu. Intinya, saya melupakan salah satu target menulis. Ya, laptop saya teronggok merama di atas meja di kamar.
Setelah berbuka dan menyelesaikan kewajiban ke masjid, dan bahkan bahkan setelah shalat Isya dan tarawih berjamaah, pertandingan antara Kesebelasan Persib melawan Kesebelasan PSM sudah menunggu. Ini tontonan di layar Indosiar yang tidak boleh ditinggalkan. Alhasil jam 10 malam --pertandingan sepakbola belum selesai- baru kembali teringat untuk menulis. Lalu buru-buru memindah laptop ke depan televisi.Â
Api alangkah sulit mendapatkan bahan tulisan, sulit dan seperti buntu memikirkan apa yang akan ditulis. Hingga pertandingan sepakbola selesai. Saya masih menulis satu dua alinea tentang satu hal, lalu batal. Ganti nulis yang lain. Sampai kira-kira lima hal yang berbeda. Pikiran tetap buntu. Dan kantuk serta lelah menyerbu. Dan begitulah, seperti pada awal cerita ini. saya tersungkur di sofa dan melewatkan tengah malam dengan sangat lelap. . . . !
Padahal saya menuliskannya seperti ini saja, apa susahnya? Tidak sulit kok. Tapi entahlah, saat itu bahkan terpikir pun tidak.
Dan ini merupakan tulisan kedua yang telat. Tulisan pertama telat lantaran saya tidak berhasil memahami  ketentuan Kompasiana pada kategori, mestinya ditulis 'sub-kategori' (cerita ramlan, fiksi islami, atau sehat) saja bukan THR). Akibatnya sampai berulang-ulang tetap gagal posting, hingga tengah malam lewat. Nah.***24/5/2018
 Gambar
Baca tulisan sebelumnya:
- godaan-sumur-mengeraskan-bacaan-dan-madu-sumbawa
- cerpen-puasa-stamina-dan-kerja-berat-para-ibu
- puisi - aman-abdurrahman-hukum-mati-dan-gunung-merapi
- masjid-keraton-dan-kenangan-pada-km-kambuna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H