Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keluarga, Ramadan, dan Romantikanya

24 Mei 2018   16:00 Diperbarui: 24 Mei 2018   16:18 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dua gadis pemeran dalam 'dangal'. Sumber: kabarbolaterbaru.xyz

Menjadi masalah tentu bagi seorang penggulat (Mahavir) yang sangat menginginkan salah satunya anaknya laki-laki. Cita-cita menjadi juara duni gulat belum kesampaian. Dan ia sangat inin mendidik anak lelakinya kelak menjadi penggulat tangguh hingga menjadi juara dunia. Tapi harapansia sia-sia. Neski sudah dengan berbagai cara berusaha, hasilnya nihil.

Empat anaknya  perempuannya. Hingga suatu ketika anak terbesar terlibat perkelahian dan berhasil mengalahkan seorang anak lelaki tetangga. Maka terbetik ide bapak yang dundah itu untuk mengajari anak pertama dan kedua menjadi penggulat. Kerja keras, perjuangan tanpa kenal lelah, tangis dan tawa, serta aneka hambatan datang silih berganti untuk dipecahkan. Hasilnya? Inspiratif sekali. Kalau penasaran dengan cerita dan ending film India itu lihat saja filmnya. Judulnya Dangal (dibintangi Aamin Khan).

Dan begitulah, jam demi jam berlalu.

Sibuk dengan anak-mantu dan cucu, mempersiapkan makan berbuka, dan ditambah lagi dengan menonton pertandingan bulutangkis Thomas Cup antara Regu Indonesia melawan regu Korea Selatan, maka makin asyik saja hidup saya hari itu. Intinya, saya melupakan salah satu target menulis. Ya, laptop saya teronggok merama di atas meja di kamar.

Setelah berbuka dan menyelesaikan kewajiban ke masjid, dan bahkan bahkan setelah shalat Isya dan tarawih berjamaah, pertandingan antara Kesebelasan Persib melawan Kesebelasan PSM sudah menunggu. Ini tontonan di layar Indosiar yang tidak boleh ditinggalkan. Alhasil jam 10 malam --pertandingan sepakbola belum selesai- baru kembali teringat untuk menulis. Lalu buru-buru memindah laptop ke depan televisi. 

Api alangkah sulit mendapatkan bahan tulisan, sulit dan seperti buntu memikirkan apa yang akan ditulis. Hingga pertandingan sepakbola selesai. Saya masih menulis satu dua alinea tentang satu hal, lalu batal. Ganti nulis yang lain. Sampai kira-kira lima hal yang berbeda. Pikiran tetap buntu. Dan kantuk serta lelah menyerbu. Dan begitulah, seperti pada awal cerita ini. saya tersungkur di sofa dan melewatkan tengah malam dengan sangat lelap. . . . !

Padahal saya menuliskannya seperti ini saja, apa susahnya? Tidak sulit kok. Tapi entahlah, saat itu bahkan terpikir pun tidak.

Dan ini merupakan tulisan kedua yang telat. Tulisan pertama telat lantaran saya tidak berhasil memahami  ketentuan Kompasiana pada kategori, mestinya ditulis 'sub-kategori' (cerita ramlan, fiksi islami, atau sehat) saja bukan THR). Akibatnya sampai berulang-ulang tetap gagal posting, hingga tengah malam lewat. Nah.***24/5/2018

 Gambar

Baca tulisan sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun