Tujuh
Hampir lima puluh tahun berlalu, dan cerita itu masih sangat jelas dalam bayanganku. Tiga sosok yang belakangan sama-sama suka kucing, yaitu Mbak Safrini, kemudian kakakku Kang Saptaji, dan bahkan pacar kakakku yang bernama Triwahyu.
Sesekali bila pulang menjelang Lebaran, atau saat ada keperluan keluarga di kampung, kami dapat saling beranjangsana dengan cerita masa lalu yang bikin malu.
"Jadi betul kucing-kucingmu sakit perut bila dikasih makan ikan asin, Jeng?" tanyaku dengan polos. Safrini yang sudah jadi peot dan kurus dengan kerudung warna kusam itu hanya tertawa. "Aku bohong, Dik. Aku cuma mau menggodamu. Tapi lantaran kamunya terlalu terpesona melihatku jadinya kehilangan kata-kata untuk  membantah.Heheh!"
Kakakku Saptaji gagal menikah dengan pacar pertamanya Triwahyu. Bertahun-tahun kemudian tiga orang itu dengan pasangan hidup masing-masing saling berteman saja. Mereka dipersatukan karena kesamaan hobi: memelihara kucing.
"Jadi bagusnya bagaimana ending cerita kita itu, Kang?" tanyaku pada Kang Saptaji, suatu hari. Ia menggeleng. Lalu kutanyakan pada Mbak Safrini pertanyaan yang sama. Ia mengerutkan kening, dan tidak segera berucap sepatahpun. Akhirnya kudesakkan pada Triwahyu yang sedang menyeruput air jeruk panasnya. "Coba ulangi lagi pertanyaanmu, Dik." Kuulang, tapi ia pun tak mampu menjawab.
Sampai lewat pukul 23.00 ending belum juga kudapat. Tiga nama fiktif itu pun tidak memberi gambaran apapun. Aku bingung, waktu terasa merambat semakin cepat. "Kami ikhlas kalau nama-nama kami ini kamu jadikan nama kucing-kucingmu! Itu ending ceritamu." ujar Kang Saptaji kemudian dengan wajah terkejut sendiri. Mbak Triwahyu yang tampak sangat sepuh menyela:  "Tapi ia hanya punya seekor kucing  .!"
Aha, ending sudah kutemukan. Sederhana saja, bukan hal mengejutkan. Seekor kucing kampung warna putih, hitam, abu-abu miilikku. Bukan kucing persia atau anggora. Ia kuberi nama kombinasi tiga nama yang kuciptakan: Wahyu Sapta Rini. Ya, itu. Nama yang cantik. ***
Bandung, 1 -- 7 April 2018
 Gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H