Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(RoseRTC) Cerita Rindu Pram pada Yas

16 September 2016   10:34 Diperbarui: 17 September 2016   12:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan-kawan tidak ada yang tahu kami pernah berpacaran. Begitu rapat kami menutupi kisah itu. Maklumlah, Yasnita anak seorang kerabat kraton yang kaya dan terhormat. Ia punya banyak pemuja. Sedangkan saya anak pedagang beras.

“Jadi apa sebaiknya yang kita obrolkan?” tanya saya kemudian.

“Bagaimana kalau kita menjodohkan anak-anak kita. Aku punya anak perempuan bungsu. Baru lulus kuliah. Kamu punya anak lelaki ‘kan?”

Saya terdiam lama. Berpikir dan terpana. “Aku tidak punya anak lelaki. Aku bahkan tidak punya isteri sampai saat ini!” jawab saya dengan suara lirih.

Yasnita menunduk. Dan saya tahu ia menahan tangis. “Maafkan aku kalau itu memang salahku. Tapi yang kutawarkan itupun anak pungut. Aku juga tidak pernah menikah. Penyakit dalam yang kuderita penyebabnya. Aku meninggalkanmu agar keinginan ibumu terwujud. Sesuatu yang tak mungkin kamu peroleh dariku. . . . . . !”

Saya kaget, dan memandanginya tajam. Oh, bodohnya! Saya telah banyak menyalahkannya atas keputusan saya menjadi penyendiri selama ini.

***

Tiga bulan sejak reuni kami sepakat untuk pergi ke penghulu. Surat-menyurat diurus adik-adik saya. Tidak ingin ada teman-teman SMA yang tahu. Namun belakangan kami berubah pikiran. Kami akan membuat kejutan pada acara reunian. Kami berdua saja sebagai panitianya.

“Pramanto, Yasnita. . . . . .! Ohh, kalian membuat jantungku hampir copot. Jadi kalian berjodoh ya?” ucap teman-teman ketika menjumpai kami duduk di pelaminan.

Baru September itulah kami dipersatukan. Aku seorang pengusaha beras dan menulis cerita pendek sambil menunggu mesin giling. Sedangkan Yasnita seorang dosen sekaligus penyair.

Dua tahun sudah kami berumah tangga. Keinginan almarhumah ibu jelas tak mungkin terlaksana. Namun impian kami membuat buku berdua ternyata tak sulit diwujudkan. Buku kumpulan cerpen heboh, dan kumpulan puisi keren. Judulnya sama dengan rencana kami dulu. Cerita rindu Pram pada Yas. Ah, betaapa manisnya. Di sana semua kenangan pahit-manis masa lalu tertumpah indah mewakili kebahagian kami yang lama terbengkalai!*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun