Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Penyiksaan di Sepanjang Jalan Tol, Catatan Kecil

13 Juli 2016   17:14 Diperbarui: 14 Juli 2016   08:08 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari arah barat menuju pintu tol brebes timur dalam penyiksaan nan sadis. Poskotanews.com

Sementara itu toilet yang ada di rest area harus antri panjang, kotor, dan tidak terurus. Tidak ada kenyamanan yang ditawarkan. Layanan yang paling elementer itu dibiarkan menambah kadar kejengkelan-kemarahan-kepusingan- dan bahkan gagal nafas bagi para pemudik, saat mudik maupun balik. Satu per satu nyawa pun melayang terbang bagai layang-layang tanpa benang. Dan jangan lagi bicara soal sampah, sungguh di sejauh mata memandang jalan tol, hanya sampah dan sampah terserak. . . .

Buanglah Sampah Sembarangan

Manusia dan sampah sudah menjadi satu di sepanjang jalan tol menuju Pintu tol Brebes Timur. Ahad siang hingga sore, malam, hingga pagi, dan terus kembali siang. Sepanjang waktu itu dalam perjalanan saya, sampah dibuang keluar jendela mobil. Menumpuk di sepanjang pinggiran jalan tol. Kotor, jorok, dan menyebalkan. Semua orang menjadi pemasok sampah.

Dan tidak ada sesiapapun yang membersihkannya. Agaknya semua orang sedang berlebaran. Juga para petugas jalan tol. Mungkin mereka sedang membelanjakan uang THR. Tapi mungkin juga masih sibuk dengan urusan mencari tambahan penghasilan. Hingga lupa pada pelayanan yang mestinya dilakukan. Sementara itu pemilik/pengelola jalan tol terus mendapatkan uang bertumpuk-tumpuk dari para pengguna jalan tol. Dan pada saat yang sama mereka abai terhadap hak yang mestinya didapatkan para pengguna itu. Bahkan lima hari kemudian, dalam perjalanan balik, sampah itu makin merata bukan hanya di jalan tol saja, tetapi juga di semua rest area.

Kalau ada kata bijak: buanglah sampah pada tempatnya; maka di jalan tol ketika itu semua tempat adalah tempatnya sampah. Jadi boleh di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja membuang sampah.

Mahal, Mati

Diberitakan di koran banyak mobil yang kahabisan bahan bakar. Karena itu dengan sangat terpaksa menyerahkan lehernya untuk dicekik oleh para penjual bensin eceran. Hanyanya melambung dari dua puluh ribu rupiah, empat puluh, tujuh puluh hingga seratus ribu rupiah per liter. Kalau kita dalam posisi kehabisan bahan bakar cepatlah ambil keputusan: beli atau diambil orang lain! Sebab setelah keluar pintu tol pun beberapa SPBU kehabisan stok bahan bakar.

Kembali ke soal bayi, anak-anak, orang dewasa dan para lanjut usia yang jusru berangkat ke tempat lain ( ke rumah sakit atau ke makam) menambah berat bobot penyiksaan yang telah dilakukan bagi orang yang hendak menyongsong ‘perayaan itu’.

Namun ada pasti yang salah, dan harus disalahkan. Tapi itu saja tidak cukup. Kalau perlu di-reshuffle. Lalu lebaran depan bagaimana? Lebaran depan mesti bagaimana? Itulah tuntutannya. Baik bagi pemerintah, swasta, ormas/orpol apa saja, anggota dewan, pengusaha, dan terutama juga bagi para pemudik sendiri.

Penutup

Betapapun berat dan penuh risiko, bahkan taruhannya maut sekali pun, jangan pernah berkata bahwa tetek-bengek soal mudik Lebaran itu semata sebuah kesia-siaan yang sialan. Sungguh tidak elok, dan tidak ada empati dari ungkapan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun