“Aamiinnn. . . .!” sahut Wasi dan Arjo bersamaan. Keduanya duduk berdampingan di sudut. Sementara kursi-kursi lain di depan sudah mulai penuh terisi para jurnalis, tua-muda, lelaki-perempuan. Ada yang masih asyik menulis di notebook, yang lain di smartphone, ada yang sekedar di selembar kertas. Mungkin catatan liputan sebelumnya, tetapi bisa juga rencana pertanyaan yang akan diajukan.
Beberapa teman wartawan lain mendekat dan ikut menyalami Wasi. Disebut nama papinya, Wasi kembali teringat pada duka yang menyelimuti hatinya atas kepergian orangtua yang sangat disayanginya itu. Kebakaran itu tampak sangat alamiah, tetapi siapa tahu ada permufakatan buruk untuk mencelakai orang lain di belakang itu semua.
Pak Kapolres ota Barat keluar diiringi beberapa anak buahnya. Para jurnalis merapikan tempat ean posisi duduk agar bisa menyodorkan alat perekam suara. Sementara itu beberaapa orang juru kamera yang ikut dalam konferensi pers itu sudah sejak tadi memasang kamera yang ditopang tripod agar hasil gambar tidak gergeser.
“Mohon maaf saya terlambat dari jadwal yang direncanakan dalam undangan. Tadi ada yang harus saya konfirmasi dulu terkait dengan apa yang akan saya sampaikan sekarang ini . . . . !” ujar Pak Kapolres begitu duduk di belakang meja di hadapan para jurnalis.
Beberapa polisi berpakaian preman mengedarkan press-release. Isinya selain kronologi dan anatomi kejadian, juga analisa penyebab terjadinya kebakaran. Arjo dan Wasi juga menerima masing-masing seberkas press-release. Pada layar lebar yang terhubung ke komputer di depan tersaji data-data lengkap. Dari sana Pak Kapolres menjelaskan dengan begitu gamblang dan terperinci.
“Saya sampaikan terlebih dahulu, data sebelumnya. Seperti yang tertera di layar maupun di lembar press-release. Namun ada tambahan sedikit yaitu korban luka berat yang kemudian menjadi kritis berjumlah tiga orang. Ketiganya dirawat di rumah sakit Kepolisian. Teman-teman jurnalis dapat memantau perkembangan ketiga korban itu serta beberapa korban lain di sana.. . . . !” ujar Pak Kapolres yang menggunakan sinar infra merah untuk menunjuk data yang dimaksud di layar.
“Mengenai dukungan petugas dalam upaya pemadaman oleh mobil pemadam kebakaran kabupaten/kota maupun provinsi, evakuasi korban oleh ambulance, pengamanan tempat di sekeliling TKP oleh pihak kepolisian, pemadaman listrik oleh pihak PLN, maupun upaya untuk tidak terjadinya penjarahan dan hal-hal lain, tidak ada perubahan yang signifikan. . . . . .!”
Para jurnalis mencatat beberapa poin penting yang tidak tertulis di lembar press release. Yang lain mencatat di smartphone atau notebook yang dibawa. Jurnalis media online biasanya membuat tiga atau empat alinea berita dan langsung dikirim ke redaktur untuk segera di-publish di medianya secepat yang bisa dilakukan. Itu sebabnya pembaca sering masih meragukan akurasi data pada berita online.
“Selanjutnya dari 17 korban tewas masih ada lima jenazah yang belum teridentifikasi. Sedangkan dua belas mayat yang sudah teridentifikasi tinggal tiga jenazah yang belum diambil keluarganya untuk dimakamkan. Ini nama-nama jenazah yang belum diambil keluarganya. Mohon bantuan teman-teman jurnalis untuk memuat ketiga nama tersebut di media masing-masing. Jika dalam waktu seminggu belum juga diambil maka jenazah itu akan dimakamkan pihak rumah sakit. . . . .!” ucap Pak Kapolres seraya melangkah ke tempat duduknya.
Para wartawan bersiap-siap untuk mngajukan pertanyaan hal-hal yang masih dapat dikembangkan. Namun agaknya Pak Kapolres masih punya beberapa informasi yang akan disampaikan.
“Informasi tambahan penting dari perkembangan penyelidikan terhadap penyebab kebakaran yang menempatkan pemilik restoran, seorang juru masak, serta beberapa orang korban luka berat dan ringan, menemukan indikasi bahwa ada unur kesengajaan dalam peristiwa itu. Dua orang pengunjung rumah makan lelaki-perempuan yang terdeteksi dari CCTV masuk ke dapur di lantai pertama diduga menjadi pelaku. Keduanya sedang kami lacak keberadaannya. . . . . !”