Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta yang Menua # Bab III – Empat (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)

16 April 2016   09:48 Diperbarui: 16 April 2016   17:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘Musibah selalu datang tak terduga. Namun dengan selalu ikhlas dan pasrah pada Ilahi insya Allah kita menemukanjaln terbaik. . . . . .!” ucap Wasi ketida duduk di depan meja yang berseberangan dengan benangan cermin besar untuk banyak orang sekaligus di tempat itu.

Sementara itu Madewi dan Teh Nuning mendahului masuk ke studio empat. Di sana bertemu dengan Pak Harmin yang terlihat sibuk dengan urusan set dekorasi untuk disinkronkan dengan kepentingan lighting, penempatan peralatan audi-video, serta set dekorasi. Tinggal membenahi posisi pemain band serta belasan orang penonton yang berada di seputar panggung.

***

Studio empat, satu dari enam studio yng ada, merupakan studio khusus acara talk show. Ukuran studio dan set panggung –dengan tata lampu maupun tata suara- bahkan tempat duduk penonton -dengan kapasitas sampai dua ratus orang- sudah dibuat permanen untuk acara khusus talk show.

Di awali dengan tepuk tangan penonton dan iringan lagu pembuka acara live talk show Bincang Jelata, host Wasistra Anggraini dan co-host Madewi Sekartaji masuk ke tengah set dekorasi. Petugas floor director yang berdiri di belakang kamerawan pada kamera tiga, memberi aba-aba agar penonton memperpanjang gerakan tepuk  tangan.

“Apa khabar, Pemirsa?! Lewat siang ketika perut kenyang pasti tak sayang untuk ikut larut dalam sajian jelata berbincang. Inilah acara saya dan Anda, acara kita bersama,untuk membangkitkan semangat mandiri anak negeri. . . . . .  Terimalah salam selamat-sejahtera kami dari Stasiun Televisi Nayaka dalam acara Bincang Jelata. . . . . .!” ucap Wasi penuh semangat, tegas sekaligus menebar pesona.

Ruang studio kembali bergemuruh. Beberapa orang petugas lapangan kembali memberi aba-aba kepada semua penonton untuk bertepuk tangan seramai mungkin.  Satu kamera sengaja diarahkan lensanya ke arah penonton. Suara musik beberapa saat meninggi, sebelum kemudian kembali pelan untuk memberi ruang bagi co-host untuk menyambung pembukaan host.

“Kali ini dua orang narsasumber yang datang dari jauh khusus untuk acara ini. Keduanya meski dengan taruhan keselamatan diri bersedia  hadir di sini. Obsesinya untuk mengingatkan siapapun tentang kejahatan para pengedar narkotika, termasuk jaringannya.. . . . . . . .!”

“Bersama saya Wasistra Anggraini. . . . .”

“Dan saya, Madewi Sekartaji.... Mari berbincang riang dengan para jelata. . . . . Sambutlah dua narasumber kita hari ini. . . . . “

Dari balik panggung muncul dua orang perempuan. Wasi dan Madewi menyambut uluran tangan mereka, dilanjutkan dengan saling peluk dan cium pipi begitu hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun