Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta yang Menua # Bab III – Empat (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)

16 April 2016   09:48 Diperbarui: 16 April 2016   17:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Narasumber kali ini dua orang TKI di Hongkong dan Taiwan yang terhindar dari jerat bandar narkoba untuk menjadi kurir. Lima orang teman mereka menggantikan, dan tiga diantaranya terangkap dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati. . . . . .!” ujar Madewi memberi gambaran umum maeri perbincangan kali ini.

“Mereka khusus kembali ke tanah air karena acara kita. Sindikat narkoba di kedua negara dimana mereka bekerja hampir tiga tahun sangat kuat. Untuk menjadi narasumber ini pun mereka mempertaruhkan nyawa. . . . .!” tambah Teh Nuning kemudian.

“Jangan-jangan keduanya anggota jaringan  pula. Mereka ingin membersihkan nama agar dosa masa lalunya terhapus?” tanya Wasi dengan antusias. Salah sau kesenangannya menjadi host acara Bincang Jelata adalah kemampuan tim kreatif menghadirkan orang-orang yang tak disangka-sangka mau dan mampu hadir meski dengan ancaman apapun.

“Itu dapat dikembangkan dalam dialog. Namun rasanya tidak boleh dengan pertanyaan terlalu terbuka, karena sekali lagi nyawa mereka taruhannya. Ancaman daang dari sindikat maupun dari hukum. . . . . .!” ucap Madewi.

Wasi berpikir keras untuk menelusuri sisi heboh dari acara itu. “Lalu dimana menariknya sarasumber kita kali ini?”

“Kita punya gambar-gambar kondisi memprihatinkan para pecandu dn korban narkoba. Pancing komentar mereka seputar apa yang bisa kita lakukan agar setidaknya jumlah korban penyalahgunaan narkoba di tanah air terus berkurang dari tahun ke tahun. . . . . .!” jawab Madewi.

“Oya, ada sedikit ketegngan yang terjadi pada akhir acara. Dua orang polisi berpakain preman masuk  an ikut on air untuk menangkap kedua narasumber. Dan itu tugasmu untuk menolak khadiran mereka. . . . . .!” tambah Teh Nuning setengah berbisik.

Seorang lelaki masuk ke lift. Dan bersamaan dengan itu Wasi, Madewi, dan Teh Nuning segera keluar lift di lantai empat gedung stasiun tv Nayaka itu. Teh Nuning menyerahkan naskah desain produksi dan profil narasumber kepada Wasi untuk dijadikan patokan. Sementara Madewi sudah lebih dahulu menguasai materi dan berbagai permasalahannya untuk membantu menghidupkan acara.

Wasi bergegas  menuju ruang make up. Tidak terlalu banyak yang dibenahi dari wajah dan penampilan perempuan itu. Kecantikan dan kebiasaannya tampil penuh pesona sangat membantu kerja petugas make up.

“Selamat siang, teman-teman. . . .  Terimakasih sudah setia menunggu. Seperti biasa, tinggal perbaikan kecil. Tolong segera persiapankan busana dengan segenap asesorisnya yang harus melekat di tubuh ini. . . . . .!”

“Selamat siang, mbak. . . .!” sambut seorang karyawati di situ. “Sehatkah hari ini? Ada berita buruk soal tidak datang kemarin ya? Syukurlah hari ini semuanya baik-baik saja. . . . .!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun